Selasa, 14 Juni 2011

BUDIDAYA TANAMAN PANGGAN

LAPORAN PRAKTIKUM TANAMAN PANGAN, "Respon Pertumbuhan dan Produksi Varietas Kacang Kedelai Terhadap Perlakuan Pemupukan"

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Adanya pengaruh pemupukan pada tanaman kacang kedelai menyebabakan pertumbuhan dan hasil tanaman menjadi meningkat. Meningkatnya hasil ini disebabakan oleh unsur hara yang cukup tersedia. Jika tanaman pokok tidak tidak diberi tindakan pemupukan yang tepat maka hasil produksi tanaman kedelai akan menurun dan akan sangat merugikan pembudidaya. Pupuk yang diberikan dapat berupa pupuk organik atau pupuk anorganik, tetapi hasil yang lebih cepat tampak adalah ppenggunaan pupuk anorganik (Adisarwanto dan Widianto, 1999).

Tanaman kedelai merupakan jenis tanaman leguminosa yakni jenis tanaman kacang-kacangan, tanaman ini dapat melakukan fiksasi nitrogen dan fiksasi nitrogen ini oleh tanaman akan dimanfaatkannya sebagai penunjang pertumbuhan vegetatifnya. Pada perkembangan generatifnya tanaman kacang kedelai ini akan membutuhkan unsur yang lebih banyak lagi dan kedelai dapat membantu menyehatkan tanah dengan menyuplai sumber nitrogen yang cukup dan akan sangat berguna bagi tanaman yang akan berada pada lahan untuk ditanam berikutnya (Adisarwanto, 2005).
Kebutuhan kedelai di Indonesia setiap tahun selalu meningkat seiring dengan pertambahan penduduk dan perbaikan pendapatan perkapita. Oleh karena itu, diperlukan suplai kedelai tambahan yang harus diimpor karena produksi dalam negeri belum dapat mencukupi kebutuhan tersebut. Lahan budidaya kedelai pun diperluas dan produktivitasnya ditingkatkan. Untuk pencapaian usaha tersebut, diperlukan pengenalan mengenai tanaman kedelai yang lebih mendalam (Sumarno dan Harnoto, 1983).
Kedelai merupakan tanaman asli Daratan Cina dan telah dibudidayakan oleh manusia sejak 2500 SM. Sejalan dengan makin berkembangnya perdagangan antarnegara yang terjadi pada awal abad ke-19, menyebabkan tanaman kedalai juga ikut tersebar ke berbagai negara tujuan perdagangan tersebut, yaitu Jepang, Korea, Indonesia, India, Australia, dan Amerika. Kedelai mulai dikenal di Indonesia sejak abad ke-16. Awal mula penyebaran dan pembudidayaan kedelai yaitu di Pulau Jawa, kemudian berkembang ke Bali, Nusa Tenggara, dan pulaupulau lainnya. Pada awalnya, kedelai dikenal dengan beberapa nama botani, yaitu Glycine soja dan Soja max. Namun pada tahun 1948 telah disepakati bahwa nama botani yang dapat diterima dalam istilah ilmiah, yaitu Glycine max (L.) Merill (Suprapto, 1998).


1.2 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui respon pertumbuhan dan produksi varietas kacang kedelai akibat perlakuan pemupukan.

1.3 Hipotesis Penelitian

1. Ada respon pertumbuhan dan produksi varietas kacang kedelai akibat perlakuan varietas.
2. Ada respon pertumbuhan dan produksi varietas kacang kedelai akibat perlakuan pemupukan.
3. Ada interaksi antara varietas kacang kedelai dan pemupukan terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman.

Kegunaan Penelitian Sebagai salah satu syarat untu dapat mengikuti praktikal test dan ujian akhir semester pada mata kuliah Tanaman Pangan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara dan sebagai salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan studi strata satu Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara dan sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Kacang Kedelai Klasifikasi tanaman kedelai sebagai berikut :

Divisio : Spermatophyta

Classis : Dicotyledoneae

Ordo : Rosales

Familia : Papilionaceae

Genus : Glycine

Species : Glycine max (L.) Merill (Fachruddin, 2000)

Morfologi Tanaman Kacang Kedelai Tanaman kedelai umumnya tumbuh tegak, berbentuk semak, dan merupakan tanaman semusim. Morfologi tanaman kedelai didukung oleh komponen utamanya, yaitu akar, daun, batang, polong, dan biji sehingga pertumbuhannya bisa optimal (Hidayat, 1985).

Akar kedelai mulai muncul dari belahan kulit biji yang muncul di sekitar misofil. Calon akar tersebut kemudian tumbuh dengan cepat ke dalam tanah, sedangkan kotiledon yang terdiri dari dua keping akan terangkat ke permukaan tanah akibat pertumbuhan yang cepat dari hipokotil.Sistem perakaran kedelai terdiri dari dua macam, yaitu akar tunggang dan akar sekunder (serabut) yang tumbuh dari akar tunggang. Selain itu kedelai juga seringkali membentuk akar adventif yang tumbuh dari bagian bawah hipokotil. Pada umumnya, akar adventif terjadi karena cekaman tertentu, misalnya kadar air tanah yang terlalu tinggi.Perkembangan akar kedelai sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik dan kimia tanah, jenis tanah, cara pengolahan lahan, kecukupan unsur hara, serta ketersediaan air di dalam tanah. Pertumbuhan akar tunggang dapat mencapai panjang sekitar 2 m atau lebih pada kondisi yang optimal, namun demikian, umumnya akar tunggang hanya tumbuh pada kedalaman lapisan tanah olahan yang tidak terlalu dalam, sekitar 30-50 cm. Sementara akar serabut dapat tumbuh pada kedalaman tanah sekitar 20-30 cm. Akar serabut ini mula-mula tumbuh di dekat ujung akar tunggang, sekitar 3-4 hari setelah berkecambah dan akan semakin bertambah banyak dengan pembentukan akar-akar muda yang lain.(Rukmana dan Yuniarsih, 1996).

Hipokotil pada proses perkecambahan merupakan bagian batang, mulai dari pangkal akar sampai kotiledon. Hopikotil dan dua keping kotiledon yang masih melekat pada hipokotil akan menerobos ke permukaan tanah. Bagian batang kecambah yang berada diatas kotiledon tersebut dinamakan epikotil. Pertumbuhan batang kedelai dibedakan menjadi dua tipe, yaitu tipe determinate dan indeterminate. Perbedaan sistem pertumbuhan batang ini didasarkan atas keberadaan bunga pada pucuk batang. Pertumbuhan batang tipe determinate ditunjukkan dengan batang yang tidak tumbuh lagi pada saat tanaman mulai berbunga. Sementara pertumbuhan batang tipe indeterminate dicirikan bila pucuk batang tanaman masih bisa tumbuh daun, walaupun tanaman sudah mulai berbunga. Disamping itu, ada varietas hasil persilangan yang mempunyai tipe batang mirip keduanya sehingga dikategorikan sebagai semi-determinate atau semiindeterminate. Jumlah buku pada batang tanaman dipengaruhi oleh tipe tumbuh batang dan periode panjang penyinaran pada siang hari. Pada kondisi normal, jumlah buku berkisar 15-30 buah. Jumlah buku batang indeterminate umumnya lebih banyak dibandingkan batang determinate. Cabang akan muncul di batang tanaman. Jumlah cabang tergantung dari varietas dan kondisi tanah, tetapi ada juga varietas kedelai yang tidak bercabang. Jumlah batang bisa menjadi sedikit bila penanaman dirapatkan dari 250.000 tanaman/hektar menjadi 500.000 tanaman/hektar. Jumlah batang tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan jumlah biji yang diproduksi. Artinya, walaupun jumlah cabang banyak, belum tentu produksi kedelai juga banyak(Hidayat, 1985).

Tanaman kedelai mempunyai dua bentuk daun yang dominan, yaitu stadia kotiledon yang tumbuh saat tanaman masih berbentuk kecambah dengan dua helai daun tunggal dan daun bertangkai tiga (trifoliate leaves) yang tumbuh selepas masa pertumbuhan.Umumnya, bentuk daun kedelai ada dua, yaitu bulat (oval) dan lancip (lanceolate). Kedua bentuk daun tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik. Bentuk daun diperkirakan mempunyai korelasi yang sangat erat dengan potensi produksi biji. Umumnya, daerah yang mempunyai tingkat kesuburan tanah tinggi sangat cocok untuk varietas kedelai yang mempunyai bentuk daun lebar. Daun mempunyai stomata, berjumlah antara 190-320 buah/m2. Umumnya, daun mempunyai bulu dengan warna cerah dan jumlahnya bervariasi. Panjang bulu bisa mencapai 1 mm dan lebar 0,0025 mm. Kepadatan bulu bervariasi, tergantung varietas, tetapi biasanya antara 3-20 buah/mm2. Jumlah bulu pada varietas berbulu lebat, dapat mencapai 3-4 kali lipat dari varietas yang berbulu normal. Contoh varietas yang berbulu lebat yaitu IAC 100, sedangkan varietas yang berbulu jarang yaitu Wilis, Dieng, Anjasmoro, dan Mahameru.Lebat-tipisnya bulu pada d aun kedelai berkait dengan tingkat toleransi varietas kedelai terhadap serangan jenis hama tertentu. Hama penggerek polong ternyata sangat jarang menyerang varietas kedelai yang berbulu lebat. Oleh karena itu, para peneliti pemulia tanaman kedelai cenderung menekankan pada pembentukan varietas yang tahan hama harus mempunyai bulu di daun, polong, maupun batang tanaman kedelai(Rukmana dan Yuniarsih, 1996).

Tanaman kacang-kacangan, termasuk tanaman kedelai, mempunyai dua stadia tumbuh, yaitu stadia vegetatif dan stadia reproduktif. Stadia vegetatif mulai dari tanaman berkecambah sampai saat berbunga, sedangkan stadia reproduktif mulai dari pembentukan bunga sampai pemasakan biji. Tanaman kedelai di Indonesia yang mempunyai panjang hari rata-rata sekitar 12 jam dan suhu udara yang tinggi (>30° C), sebagian besar mulai berbunga pada umur antara 5-7 minggu. Tanaman kedelai termasuk peka terhadap perbedaan panjang hari, khususnya saat pembentukan bunga. Bunga kedelai menyerupai kupu-kupu. Tangkai bunga umumnya tumbuh dari ketiak tangkai daun yang diberi nama rasim. Jumlah bunga pada setiap ketiak tangkai daun sangat beragam, antara 2-25 bunga, tergantung kondisi lingkungan tumbuh dan varietas kedelai. Bunga pertama yang terbentuk umumnya pada buku kelima, keenam, atau pada buku yang lebih tinggi. Pembentukan bunga juga dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban.Pada suhu tinggi dan kelembaban rendah, jumlah sinar matahari yang jatuh pada ketiak tangkai daun lebih banyak. Hal ini akan merangsang pembentukan bunga. Setiap ketiak tangkai daun yang mempunyai kuncup bunga dan dapat berkembang menjadi polong disebut sebagai buku subur. Tidak setiap kuncup bunga dapat tumbuh menjadi polong, hanya berkisar 20-80%. Jumlah bunga yang rontok tidak dapat membentuk polong yang cukup besar. Rontoknya bunga ini dapat terjadi pada setiap posisi buku pada 1-10 hari setelah mulai terbentuk bunga. Periode berbunga pada tanaman kedelai cukup lama yaitu 3-5 minggu untuk daerah subtropik dan 2-3 minggu di daerah tropik, seperti di Indonesia. Jumlah bunga pada tipe batang determinate umumnya lebih sedikit dibandingkan pada batang tipe indeterminate. Warna bunga yang umum pada berbagai varietas kedelai hanya dua, yaitu putih dan ungu (Hidayat, 1985).


Syarat Tumbuh

Tanah dan iklim merupakan dua komponen lingkungan tumbuh yang berpengaruh pada pertumbuhan tanaman kedelai. Pertumbuhan kedelai tidak bisa optimal bila tumbuh pada lingkungan dengan salah satu komponen lingkungan tumbuh optimal. Hal ini dikarenakan kedua komponen ini harus saling mendukung satu sama lain sehingga pertumbuhan kedelai bisa optima (Sumarno dan Harnoto. 1983).
Tanaman kedelai sebenarnya dapat tumbuh di semua jenis tanah, namun demikian, untuk mencapai tingkat pertumbuhan dan produktivitas yang optimal, kedelai harus ditanam pada jenis tanah berstruktur lempung berpasir atau liat berpasir. Hal ini tidak hanya terkait dengan ketersediaan air untuk mendukung pertumbuhan, tetapi juga terkait dengan faktor lingkungan tumbuh yang lain. Faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan pertanaman kedelai yaitu kedalaman olah tanah yang merupakan media pendukung pertumbuhan akar. Artinya, semakin dalam olah tanahnya maka akan tersedia ruang untuk pertumbuhan akar yang lebih bebas sehingga akar tunggang yang terbentuk semakin kokoh dan dalam. Pada jenis tanah yang bertekstur remah dengan kedalaman olah lebih dari 50 cm, akar tanaman kedelai dapat tumbuh mencapai kedalaman 5 m. Sementara pada jenis tanah dengan kadar liat yang tinggi, pertumbuhan akar mencapai kedalaman sekitar 3 m. Upaya program pengembangan kedelai bisa dilakukan dengan penanaman di lahan kering masam dengan pH tanah 4,5 – 5,5 yang sebenarnya termasuk kondisi lahan kategori kurang sesuai. Untuk mengatasi berbagai kendala, khususnya kekurangan unsur hara di tanah tersebut, tentunya akan menaikkan biaya produksi sehingga harus dikompensasi dengan pencapaian produktivitas yang tinggi (> 2,0 ton/ha).
Untuk mencapai pertumbuhan tanaman yang optimal, tanaman kedelai memerlukan kondisi lingkungan tumbuh yang optimal pula. Tanaman kedelai sangat peka terhadap perubahan faktor lingkungan tumbuh, khususnya tanah dan iklim. Kebutuhan air sangat tergantung pada pola curah hujan yang turun selama pertumbuhan, pengelolaan tanaman, serta umur varietas yang ditanam.
Tanaman kedelai dapat tumbuh pada kondisi suhu yang beragam. Suhu tanah yang optimal dalam proses perkecambahan yaitu 30°C. Bila tumbuh pada suhu tanah yang rendah (<15°C), proses perkecambahan menjadi sangat lambat, bisa mencapai 2 minggu. Hal ini dikarenakan perkecambahan biji tertekan pada kondisi kelembaban tanah tinggi. Sementara pada suhu tinggi (>30°C), banyak biji yang mati akibat respirasi air dari dalam biji yang terlalu cepat. Disamping suhu tanah, suhu lingkungan juga berpengaruh terhadap perkembangan tanaman kedelai. Bila suhu lingkungan sekitar 40°C pada masa tanaman berbunga, bunga tersebut akan rontok sehingga jumlah polong dan biji kedelai yang terbentuk juga menjadi berkurang. Suhu yang terlalu rendah (10°C), seperti pada daerah subtropik, dapat menghambat proses pembungaan dan pembentukan polong kedelai. Suhu lingkungan optimal untuk pembungaan bunga yaitu 24 -25°C.
Tanaman kedelai sangat peka terhadap perubahan panjang hari atau lama penyinaran sinar matahari karena kedelai termasuk tanaman “hari pendek”. Artinya, tanaman kedelai tidak akan berbunga bila panjang hari melebihi batas kritis, yaitu 15 jam perhari. Oleh karena itu, bila varietas yang berproduksi tinggi dari daerah subtropik dengan panjang hari 14 – 16 jam ditanam di daerah tropik dengan rata-rata panjang hari 12 jam maka varietas tersebut akan mengalami penurunan produksi karena masa bunganya menjadi pendek, yaitu dari umur 50 – 60 hari menjadi 35 – 40 hari setelah tanam. Selain itu, batang tanaman pun menjadi lebih pendek dengan ukuran buku subur juga lebih pendek.Perbedaan di atas tidak hanya terjadi pada pertanaman kedelai yang ditanam di daerah tropik dan subtropik, tetapi juga terjadi pada tanaman kedelai yang ditanam di dataran rendah (<20 m dpl) dan dataran tinggi (>1000 m dpl). Umur berbunga pada tanaman kedelai yang ditanam di daerah dataran tinggi mundur sekitar 2-3 hari dibandingkan tanaman kedelai yang ditanam di datarn rendah. Kedelai yang ditanam di bawah naungan tanaman tahunan, seperti kelapa, jati, dan mangga, akan mendapatkan sinar matahari yang lebih sedikit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa naungan yang tidak melebihi 30% tidak banyak berpengaruh negatif terhadap penerimaan sinar matahari oleh tanaman kedelai.
Hal yang terpenting pada aspek distribusi curah hujan yaitu jumlahnya merata sehingga kebutuhan air pada tanaman kedelai dapat terpenuhi. Jumlah air yang digunakan oleh tanaman kedelai tergantung pada kondisi iklim, sistem pengelolaan tanaman, dan lama periode tumbuh. Namun demikian, pada umumnya kebutuhan air pada tanaman kedelai berkisar 350 – 450 mm selama masa pertumbuhan kedelai. Pada saat perkecambahan, faktor air menjadi sangat penting karena akan berpengaruh pada proses pertumbuhan. Kebutuhan air semakin bertambah seiring dengan bertambahnya umur tanaman. Kebutuhan air paling tinggi terjadi pada saat masa berbunga dan pengisian polong. Kondisi kekeringan menjadi sangat kritis pada saat tanaman kedelai berada pada stadia perkecambahan dan pembentukan polong. Untuk mencegah terjadinya kekeringan pada tanaman kedelai, khususnya pada stadia berbunga dan pembentukan polong, dilakukan dengan waktu tanam yang tepat, Tanaman kedelai sebenarnya cukup toleran terhadap cekaman kekeringan karena dapat bertahan dan berproduksi bila kondisi cekaman kekeringan maksimal 50% dari kapasitas lapang atau kondisi tanah yang optimal. Selama masa stadia pemasakan biji, tanaman kedelai memerlukan kondisi lingkungan yang kering agar diperoleh kualitas biji yang baik. Kondisi lingkungan yang kering akan mendorong proses pemasakan biji lebih cepat dan bentuk biji yang seragam (Suprapto, 1998).

Peranan Pupuk ABG Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kacang Kedelai

ABG merupakan konsentrat organik dan nutrisi tanaman hasil ekstraksi berbagai bahan organik berkualitas tinggi (ikan, ternak dan tanaman) melalui proses fermentasi mengandung senyawa bioaktif (plant growth promoting agent, asam-asam amino, enzim), mikroba menguntungkan (pengurai, penambat N, pelarut fosfat dan penghasil fitohormon) dan diperkaya dengan hara esensil. Efektif untuk merevitalisasi kesehatan (soil helty) dan kualitas ekosistem tanah, meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman (pangan, sayuran, buah-buahan, perkebunan, tanaman hias, dan lainnya) (Anonimus, 2008).

Bahan organik penting artinya bagi kesuburan tanah, Peranannya yang terpenting terhadap perbaikan sifat fisik, kimia dan biologis dan dapat membuat unsur hara dari bentuk tidak tersedia menjadi bentuk tersedia untuk pertumbuhan tanaman. Pupuk organik mempunyai keunggulan sebagai berikut :

1. Meningkatkan kandungan bahan organik didalam tanah

2. Memperbaiki struktur tanah

3. Meningkatkan kemampuan tanah menyimpan air (water holding capacity)

4. Meningkatkan aktifitas kehidupan biologi tanah

5. Meningkatkan kapasitas tukar kation tanah

6. Mengurangi fiksasi fosfat oleh Al dan Fe pada tanah masam

7. Meningkatkan ketersedian hara didalam tanah (Hasibuan, 2004).

Peranan Pupuk Anorganik Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kacang Kedelai
Manfaat pupuk anorganik bagi tanaman antara lain :

1. Pemberian pupuk ke dalam tanah akan meningkatkan kandungan unsur hara di dalam tanah yang dapat segera diserap oleh tanaman

2. Menggantikan unsur hara yang hilang di dalam tanah

3. Menaikan hasil panenan

4. Meningkatkan ketahanan (resisten) tanaman terhadap hama dan penyakit (Prasastyawati, 1980).

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara di jalan Tuar Kecamatan Medan Amplas dengan ketinggian ± 27 meter di atas permukaan laut.

Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober sampai dengan bulan November.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah benih kedelai , pupuk NPK, pupuk ABG dan air.
Alat-alat yang digunakan adalah cangkul, parang, meteran, gembor, alat tulis, kalkulator, dan alat alat lain yang diperlukan didalamnya.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan mengunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial yang menggunakan 2 faktor dari 3 taraf perlakuan

1. Faktor Pupuk (P), terdiri dari tiga taraf :

P0 : Tanpa pemupukan

P1 : Pupuk anorganik (NPK)

P2 : Pupuk organik (ABG)




2. Faktor Varietas (V), terdiri dari tiga taraf :
V1 : Anjasmoro
V2 : Wilis
V3 : Selamet
Jumlah kombinasi perlakuan 9 kombinasi yaitu :
P0V1 P1V1 P2V1
P0V2 P1V2 P2V2
P0V3 P1V3 P2V3
Jumlah ulangan : 3 ulangan
Jumlah plot percobaan : 27 plot
Jumlah tanaman per plot : 24 tanaman
Jumlah tanaman sampel per plot : 3 tanaman
Jumlah tanaman sampel seluruhnya : 81 tanaman
Jumlah tanaman seluruhnya : 648 tanaman
Luas plot percobaan : 100 cm x 200 cm
Jarak antar plot percobaan : 50 cm
Jarak antar ulangan : 50 cm
Dari hasil penelitian dianalisis dengan ANOVA dan dilanjutkan dengan Uji Beda Rataan menurut Duncan (DMRT).

PELAKSANAAN PENELITIAN

Persiapan Areal
Terlebih dahulu areal pertanaman dibersihkan dari gulma dan sisa tanaman lainnya. Tanah dicangkul dua kali dengan interval satu minggu, pencangkulan yang pertama secara kasar dan yang kedua secara halus. Kemudian dibuat plot-plot penelitian yang telah ditentukan.

Penanaman
Penanaman dengan tugal sedalam 3 cm dengan jarak tanam 20 cm x 30 cm. Setiap lubang dimasukan dua benih kacang kedelai, selanjutnya lubang ditutup dengan tanah gembur.

Pemberian Pupuk Anorganik
Pupuk diberikan sesuai dengan takaran yang sesuai dan diberikan diberikan pada saat tanaman berumur satu bulan atau menjelang keluarnya bunga, bersamaan dengan penyiangan kedua. Pemberian pupuk dengan cara di benamkan ke dalam tanah di antara tanaman.

Pemberian Pupuk 0rganik
Pemberian pupuk organik disesuaikan dengan aturan yang tertera pada berosur pemakaian yaitu 1-2 cc/l air. Pupuk organik diaplikasikan ketanaman sebanyak 4 kali yaitu pada umur 10, 20, 30, dan 40 hari setelah tanam.


Penetapan Tanaman Sampel
Pengambilan tanaman sampel dilakukan secara acak sebanyak tiga tanaman perplot. Tanaman pinggir tidak dijadikan tanaman sampel.

Pemeliharaan Tanaman
Penyiraman
Penyiraman dilakukan 1 kali sehari yaitu pada sore hari. Jika musim hujan penyiraman tidak dilakukan.
Penyisipan
Penyisipan dilakukan pada umur 5-7 hari setelah tanam untuk menganti tanaman yang tidak tumbuh, rusak atau mati.
Penyiangan dan Pembubunan
Penyiangan dilakukan satu minggu sekali dengan sistem manual yaitu dengan mencabut semua gulma yang ada pada plot, draenase antar plot dengan mengunakan tangan.
Pembumbunan dilakukan bersamaan waktunya dengan penyiangan, maksud dari pembumbunan adalah agar tanaman dapat tetap tegak sesuai dengan pertumbuhannya dan memberikan kesempatan dalam pembentukan perakaran.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan setelah tanaman berumur satu minggu, tindakan pencegahan ini dengan menggunakan cara manual dan Tindakan penggunaan pestisida dilakukan apabila terjadi serangan hama dan penyakit yang cukup parah
Parameter Pengamatan
Tinggi Tanaman (cm)
Tinggi tanaman diukur mulai dari permukaan tanah (patok standar) sampai titik tumbuh tanaman. Pengukuran dilakukan sejak umur satu minggu setelah tanam sampai umur empat minggu dengan interval satu minggu

Jumlah daun (helai)
Jumlah daun dari tanaman kedelai yang dihitung adalah total keseluruhan daun yang terdapat pada tanaman sampel.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Tinggi Tanaman (cm)
Berdasarkan pengamatan rata-rata dari tinggi tanaman (cm) kacang kedelai pada umur 1 - 4 MST, pemberian pupuk organik dan organik tidak berpengaruh nyata (tn) terhadap parameter tinggi dari beberapa varietas kacang kedelai yang dijadikan sebagai objek dalam penelitian ini. Data dapat dilihat pada table 1 - 4.

Table 1. Data Rata-Rata Tinggi Tanaman (cm) Kacang Kedelai Umur 1 MST
Perlakuan V1 V2 V3 Total Rataan
P0 50.3 50.6 55.7 156.6 52.2
P1 56.8 55.1 50 161.9 53.9667
P2 47.1 52.7 55.6 155.4 51.8
Total 154.2 158.4 161.3 473.9
Rataan 51.4 52.8 53.7667

Table 2. Data Rata-Rata Tinggi Tanaman (cm) Kacang Kedelai Umur 2 MST
Perlakuan V1 V2 V3 Total Rataan
P0 58 56 62.3 176.3 58.7667
P1 62.8 58.8 59 180.6 60.2
P2 55 53.7 59.6 168.3 56.1
Total 175.8 168.5 180.9 525.2
Rataan 58.6 56.1667 60.3


Table 3. Data Rata-Rata Tinggi Tanaman (cm) Kacang Kedelai Umur 3 MST
Perlakuan V1 V2 V3 Total Rataan
P0 70 72.3 77.3 219.6 73.2
P1 77.8 73.8 74 225.6 75.2
P2 70.7 68.7 75.3 214.7 71.5667
Total 218.5 214.8 226.6 659.9
Rataan 72.8333 71.6 75.5333

Table 4. Data Rata-Rata Tinggi Tanaman (cm) Kacang Kedelai Umur 4 MST
Perlakuan V1 V2 V3 Total Rataan
P0 94 97.7 101.7 293.4 97.8
P1 101.8 97.7 98.3 297.8 99.2667
P2 95.3 94.8 100.4 290.5 96.8333
Total 291.1 290.2 300.4 881.7
Rataan 97.0333 96.7333 100.133

Jumlah daun (helai)
Berdasarkan dari pengamatan rata-rata jumlah daun (helai) kacang kedelai pada umur 1 - 4 MST, pemberian pupuk organik dan organik juga tidak berpengaruh nyata (tn) terhadap parameter jumlah daun tanaman kedelai dari beberapa varietas yang dijadikan sebagai objek dalam penelitian ini. Data dapat dilihat pada table 5 - 8.

Table 5. Data Rata-Rata Jumlah Daun (helai) Kacang Kedelai Umur 1 MST
Perlakuan V1 V2 V3 Total Rataan
P0 40.7 40.7 40.7 122.1 40.7
P1 40.3 42.3 41.4 124 41.3333
P2 41 41.3 41 123.3 41.1
Total 122 124.3 123.1 369.4
Rataan 40.6667 41.4333 41.0333

Table 6. Data Rata-Rata Jumlah Daun (helai) Kacang Kedelai Umur 2 MST
Perlakuan V1 V2 V3 Total Rataan
P0 80 80.3 80.4 240.7 80.2333
P1 78 81.7 80.7 240.4 80.1333
P2 85 80.6 77.7 243.3 81.1
Total 243 242.6 238.8 724.4
Rataan 81 80.8667 79.6

Table 7. Data Rata-Rata Jumlah Daun (helai) Kacang Kedelai Umur 3 MST
Perlakuan V1 V2 V3 Total Rataan
P0 154.6 148.1 154.6 457.3 152.433
P1 150.7 144.3 152.4 447.4 149.133
P2 143.7 158.9 149.4 452 150.667
Total 449 451.3 456.4 1356.7
Rataan 149.667 150.433 152.133

Table 8. Data Rata-Rata Jumlah Daun (helai) Kacang Kedelai Umur 4 MST
Perlakuan V1 V2 V3 Total Rataan
P0 225.6 223.1 237.6 686.3 228.767
P1 239 242.4 239.3 720.7 240.233
P2 245.6 240.6 233.1 719.3 239.767
Total 710.2 706.1 710 2126.3
Rataan 236.733 235.367 236.667


Pembahasan

Tinggi Tanaman (cm)
Tidak adanya pengaruh yang nyata terhadap perlakuan varietas diduga karena faktor perawatan. Hal ini dikarenakan selama fase pertumbuhan tanaman kacang kedelai tidak pernah diperhatikan secara serius, baik itu dari segi penyiangan, pemupukan, dan faktor – faktor lainnya.
Walaupun demikian, jika dibandingkan antara varietas – varietas dari kaang kedelai yang dijadikan objek pada penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa varietas Selamet mempunya daya tumbuh yang lebih baik. Tampak pada pengamatan rata – rata tinggi tanaman pada umur 4 MST varietas ini menjadi yang tertinggi dibandingkan dengan varietas yang lain (Anjasmoro dan Wilis), yaitu 100,133 cm. hal ini diduga karena adanya sifat genetik yang dimiliki varietas Selamet dan daya adaptasi yang baik terhadap lingkungan setempat. Hal ini sesuai dengan pendapat Anonim (2008c) yang menyatakan bahwa penggunaan varietas unggul yang mempunyai adaptasi tinggi pada pola tanam dan kondisi setempat merupakan faktor penting. Karena hasil yang tinggi ditentukan oleh interaksi suatu varietas terhadap kondisi lingkungan.
Jika dikaitkan dengan pemupukan, yang merupakan faktor dari penelitian ini, maka hasil yang tidak nyata ini (tn) lebih karena pemupukan yang diberikan kepada tanaman kedelai selama dalam fase pertumbuhannya tidak teratur ataupun tidak mencukupi kadarnya.

Jumlah Daun (helai)
Untuk jumlah daun (helai) perlakuan terhadap varietas kacang kedelai juga menunjukkan tidak berpengaruh nyata (tn). Hal ini juga kemungkinan besar diduga karena perawatan yang kurang serius selama fase pertumbuhan dari tanaman kacang kedelai, sehingga tidak dapat tumbuh dengan baik.
Selain hal itu, kemungkinan terjadinya hasil yang tidak nyata (tn) ini dikarenakan dipengaruhi oleh faktor genetis dan ekologis tanaman. Hal ini didukung oleh Dartius (2006) bahwa sifat-sifat tanaman dipengaruhi genotif dan lingkungan.
Menurut Sutejo dan Kartasapoetra (1988) bahwa pertumbuhan tanaman tidak hanya dipengaruhi oleh faktor internal (hormon dan nutrisi) saja melainkan saling berkaitan dengan banyak faktor lainnya, diantaranya adalah status air dalam jaringan tanaman, suhu pada areal tanaman, keadaan tanah dan intensitas cahaya matahari.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
1. Perlakuan Varietas dan pemupukan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap parameter tinggi tanaman (cm), dan jumlah daun (helai).
2. Interaksi perlakuan menunjukan tidak adanya pengaruh yang nyata terhadap semua parameter yang diamati, yaitu tinggi (cm), dan jumlah daun (helai).
3. Faktor penyebab hasil penelitian tidak nyata (tn) pada penelitian ini diduga karena perawatan yang kurang serius terhadap pertumbuhan tanaman kedelai.


Saran
Perlu dilakukan pengulangan penelitian agar mendapatkan hasil sesuai yang diharapkan. Dan selama penelitian setidaknya hal-hal yang berpengaruh terhadap tanaman objek harus diperhatikan secara intensif, terutama faktor yang diterapkan seperti pemupukan misalnya.
Sebaiknya dalam pembukaan lahan percobaan dilakukan bersama-sama oleh para praktikan, walaupun para praktikan tersebut berbeda kelompok (yang diteliti), sehingga dalam pembukaan lahan tidak terjadi ketimpangan.

DAFTAR PUSTAKA

Adisarwanto, T. dan Wudianto, R. 1999. Meningkatkan Hasil Panen Kedelai di Lahan Sawah-Kering-Pasang Surut. Penebar Swadaya. Bogor.

Adisarwanto, T. 2005. Budidaya dengan Pemupukan yang Efektif dan Pengoptimalan Peran Bintil Akar Kedelai. Penebar Swadaya. Bogor.

Anonimus, 2008. Pemuliaan. http://fp.uns.ac.id/~hamasains/bab 10 pemuliaan.htm

Hasibuan, B. E, 2004. Ilmu Tanah. Universitas Sumatera Utara. Medan

Hidayat, O. D. 1985. Morfologi Tanaman Kedelai. Dalam S. Puslitbangtan. Bogor.

Fachruddin, L., 2000. Budidaya Kacang-kacangan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Prasastyawati, D.1980. Perkembangan bintil akar Rhizobium javonicum pada kedelai. Bul. Agron.

Rukmana, S. K. dan Yuniarsih, Y. 1996. Kedelai, Budidaya Pasca Panen. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Sumarno dan Harnoto. 1983. Kedelai dan Cara Bercocok Tanamnya. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Buletin Teknik.

Suprapto, H. 1998. Bertanam kedelai. Penebar Swadaya. Jakarta.

Lampiran 1. Lay 0ut Penelitian
b

a U
I III II
Keterangan :
A = Jarak antara plot 50 cm
B = Jarak antar ulangan 50 cm
Lampiran 2. Rataan Tinggi Tanaman (cm) Umur 1 MST

Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
P0V1 17.3 16.3 16.7 50.3 16.7667
P0V2 19 16.3 15.3 50.6 16.8667
P0V3 19.5 19.2 17 55.7 18.5667
P1V1 16.5 22 18.3 56.8 18.9333
P1V2 20 17.8 17.3 55.1 18.3667
P1V3 18 16 16 50 16.6667
P2V1 19 12.8 15.3 47.1 15.7
P2V2 18 15.7 19 52.7 17.5667
P2V3 20 16.3 19.3 55.6 18.5333
Total 167.3 152.4 154.2 473.9 17.5519


Daftar Sidik Ragam
SK Db JK KT F. Hitung F. Tabel
0.05 0.01
Ulangan 2 14.6985 7.34926 2.24856tn 3,63 6,23
Perlakuan 8 29.5941 3.69926 1.13182tn 2,59 3,89
Varietas 2 2.83185 1.41593 0.43321tn 3,63 6,23
Pupuk 2 2.65852 1.32926 0.4067tn 3,63 6,23
V x P 4 24.1037 6.02593 1.84368tn 3,01 4,77
Galat 16 52.2948 3.26843
Total 26 96.5874

Keterangan :
KK = 10,30 %
* = nyata
** = sangat nyata
tn = tidak nyata



Lampiran 3. Rataan Tinggi Tanaman (cm) Umur 2 MST

Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
P0V1 20 18.3 19.7 58 19.3333
P0V2 20 18.3 17.7 56 18.6667
P0V3 23 21.3 18 62.3 20.7667
P1V1 18.5 24 20.3 62.8 20.9333
P1V2 22 19.8 17 58.8 19.6
P1V3 20 18 21 59 19.6667
P2V1 21 16.3 17.7 55 18.3333
P2V2 19 17.7 17 53.7 17.9
P2V3 20 18.3 21.3 59.6 19.8667
Total 183.5 172 169.7 525.2 19.4519


Daftar Sidik Ragam
SK Db JK KT F. Hitung F. Tabel
0.05 0.01
Ulangan 2 12.1474 6.0737 1.72123tn 3,63 6,23
Perlakuan 8 25.3607 3.17009 0.89837tn 2,59 3,89
Varietas 2 8.63185 4.31593 1.22309tn 3,63 6,23
Pupuk 2 8.65852 4.32926 1.22687tn 3,63 6,23
V x P 4 8.07037 2.01759 0.57177tn 3,01 4,77
Galat 16 56.4593 3.5287
Total 26 93.9674

Keterangan :
KK = 9,65 %
* = nyata
** = sangat nyata
tn = tidak nyata



Lampiran 4. Rataan Tinggi Tanaman (cm) Umur 3 MST

Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
P0V1 25 23.3 21.7 70 23.3333
P0V2 26.3 23.3 22.7 72.3 24.1
P0V3 28 26.3 23 77.3 25.7667
P1V1 23.5 29 25.3 77.8 25.9333
P1V2 27 24.8 22 73.8 24.6
P1V3 25 23 26 74 24.6667
P2V1 26.7 21.3 22.7 70.7 23.5667
P2V2 24 22.7 22 68.7 22.9
P2V3 25 23.3 27 75.3 25.1
Total 230.5 217 212.4 659.9 24.4407


Daftar Sidik Ragam
SK Db JK KT F. Hitung F. Tabel
0.05 0.01
Ulangan 2 19.6674 9.8337 2.469tn 3,63 6,23
Perlakuan 8 26.9319 3.36648 0.84524tn 2,59 3,89
Varietas 2 8.09407 4.04704 1.01611tn 3,63 6,23
Pupuk 2 6.62296 3.31148 0.83143tn 3,63 6,23
V x P 4 12.2148 3.0537 0.76671tn 3,01 4,77
Galat 16 63.7259 3.98287
Total 26 110.325


Keterangan :
KK = 8,16 %
* = nyata
** = sangat nyata
tn = tidak nyata



Lampiran 5. Rataan Tinggi Tanaman (cm) Umur 4 MST

Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
P0V1 33 31.3 29.7 94 31.3333
P0V2 34.3 32.7 30.7 97.7 32.5667
P0V3 36 34.7 31 101.7 33.9
P1V1 31.5 37 33.3 101.8 33.9333
P1V2 35 32.7 30 97.7 32.5667
P1V3 33 31.3 34 98.3 32.7667
P2V1 34.3 30.3 30.7 95.3 31.7667
P2V2 32.5 32.3 30 94.8 31.6
P2V3 33.7 31.7 35 100.4 33.4667
Total 303.3 294 284.4 881.7 32.6556


Daftar Sidik Ragam
SK Db JK KT F. Hitung F. Tabel
0.05 0.01
Ulangan 2 19.8467 9.92333 2.8032tn 3,63 6,23
Perlakuan 8 22.56 2.82 0.79661tn 2,59 3,89
Varietas 2 7.08667 3.54333 1.00094tn 3,63 6,23
Pupuk 2 3.00222 1.50111 0.42404tn 3,63 6,23
V x P 4 12.4711 3.11778 0.88073tn 3,01 4,77
Galat 16 56.64 3.54
Total 26 99.0467

Keterangan :
KK = 5,76 %
* = nyata
** = sangat nyata
tn = tidak nyata



Lampiran 6. Rataan Jumlah Daun (helai) Umur 1 MST

Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
P0V1 13.3 13.7 13.7 40.7 13.5667
P0V2 14 12.7 14 40.7 13.5667
P0V3 14.7 13 13 40.7 13.5667
P1V1 13.3 13 14 40.3 13.4333
P1V2 14.3 14 14 42.3 14.1
P1V3 13.7 13 14.7 41.4 13.8
P2V1 14 14 13 41 13.6667
P2V2 14 14.3 13 41.3 13.7667
P2V3 14.3 12.7 14 41 13.6667
Total 125.6 120.4 123.4 369.4 13.6815


Daftar Sidik Ragam
SK Db JK KT F. Hitung F. Tabel
0.05 0.01
Ulangan 2 1.51407 0.75704 1.7991tn 3,63 6,23
Perlakuan 8 0.89407 0.11176 0.2656tn 2,59 3,89
Varietas 2 0.29407 0.14704 0.34943tn 3,63 6,23
Pupuk 2 0.20519 0.10259 0.24381tn 3,63 6,23
V x P 4 0.39481 0.0987 0.23457tn 3,01 4,77
Galat 16 6.73259 0.42079
Total 26 9.14074

Keterangan :
KK = 4,74 %
* = nyata
** = sangat nyata
tn = tidak nyata



Lampiran 7. Rataan Jumlah Daun (helai) Umur 2 MST

Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
P0V1 25.7 26 28.3 80 26.6667
P0V2 28 24.3 28 80.3 26.7667
P0V3 28.7 25.7 26 80.4 26.8
P1V1 25.3 25 27.7 78 26
P1V2 28.7 28 25 81.7 27.2333
P1V3 27.3 24.7 28.7 80.7 26.9
P2V1 29 28.7 27.3 85 28.3333
P2V2 27.3 26.3 27 80.6 26.8667
P2V3 27 26.7 24 77.7 25.9
Total 247 235.4 242 724.4 26.8296


Daftar Sidik Ragam
SK Db JK KT F. Hitung F. Tabel
0.05 0.01
Ulangan 2 7.52296 3.76148 1.5396tn 3,63 6,23
Perlakuan 8 12.043 1.50537 0.61616tn 2,59 3,89
Varietas 2 1.19407 0.59704 0.24437tn 3,63 6,23
Pupuk 2 0.56519 0.28259 0.11567tn 3,63 6,23
V x P 4 10.2837 2.57093 1.0523tn 3,01 4,77
Galat 16 39.0904 2.44315
Total 26 58.6563

Keterangan :
KK = 5,82 %
* = nyata
** = sangat nyata
tn = tidak nyata



Lampiran 8. Rataan Jumlah Daun (Helai) Umur 3 MST

Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
P0V1 54.3 49.3 51 154.6 51.5333
P0V2 47.7 51.7 48.7 148.1 49.3667
P0V3 49.3 52 53.3 154.6 51.5333
P1V1 50.3 54.7 45.7 150.7 50.2333
P1V2 49.7 46.3 48.3 144.3 48.1
P1V3 51.7 51.7 49 152.4 50.8
P2V1 49 48 46.7 143.7 47.9
P2V2 53.3 53.3 52.3 158.9 52.9667
P2V3 48.7 51 49.7 149.4 49.8
Total 454 458 444.7 1356.7 50.2481


Daftar Sidik Ragam
SK Db JK KT F. Hitung F. Tabel
0.05 0.01
Ulangan 2 10.3474 5.1737 1.07833tn 3,63 6,23
Perlakuan 8 66.3141 8.28926 1.7277tn 2,59 3,89
Varietas 2 3.18741 1.5937 0.33217tn 3,63 6,23
Pupuk 2 5.45407 2.72704 0.56838tn 3,63 6,23
V x P 4 57.6726 14.4181 3.00511tn 3,01 4,77
Galat 16 76.7659 4.79787
Total 26 153.427

Keterangan :
KK = 4,35 %
* = nyata
** = sangat nyata
tn = tidak nyata



Lampiran 9. Rataan Jumlah Daun (helai) Umur 4 MST

Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
P0V1 70.3 84 71.3 225.6 75.2
P0V2 75.7 73.7 73.7 223.1 74.3667
P0V3 80 79.3 78.3 237.6 79.2
P1V1 79.7 75 84.3 239 79.6667
P1V2 78.7 81.7 82 242.4 80.8
P1V3 85.3 73.3 80.7 239.3 79.7667
P2V1 84.3 82.3 79 245.6 81.8667
P2V2 80.3 77 83.3 240.6 80.2
P2V3 79.3 74.7 79.1 233.1 77.7
Total 713.6 701 711.7 2126.3 78.7519


Daftar Sidik Ragam
SK Db JK KT F. Hitung F. Tabel
0.05 0.01
Ulangan 2 10.2541 5.12704 0.29146tn 3,63 6,23
Perlakuan 8 153.041 19.1301 1.08751tn 2,59 3,89
Varietas 2 1.18741 0.5937 0.03375tn 3,63 6,23
Pupuk 2 84.2341 42.117 2.39427tn 3,63 6,23
V x P 4 67.6193 16.9048 0.961tn 3,01 4,77
Galat 16 281.453 17.5908
Total 26 444.747

Keterangan :
KK = 5,32 %
* = nyata
** = sangat nyata
tn = tidak nyata

LAPORAN PRAKTIKUM HORTIKULTURA

“ Budidaya Kangkung “




OLEH :

FATKHONUDIN

D1A009162

PROGAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JAMBI

20111

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah. Sumber daya tersebut akan sia-sia apabila tidak dimanfaatkan secara potensial. Sumber daya potensial tidak hanya berasal dari sumber daya alam, tetapi juga berasal dari sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang dibutuhkan tidak harus berkuantitas besar, tetapi juga harus memiliki kualitas tinggi. Oleh karena itu, apabila kedua sumber daya potensial ini digabungkan maka akan dapat mengembangkan pertanian Indonesia.

Pertanian merupakan tulang punggung perekonomian. Pertanian mensuplai bahan pangan, bahan baku industry, dan tekstil. Peran pertanian dalam mensuplai bahan pangan sangat besar. Dalam suplai bahan pangan ini, komoditas hortikultura berperan relatif besar.

Hortikultura merupakan kegiatan budidaya tanaman dalam skala yang lebih padat modal, padat tenaga kerja, dan lebih intensif, karena mutu hasil merupakan tujuan akhir dari suatu budidaya tanaman. Walaupun begitu, budidaya hortikultura akan menghasilkan keuntungan yang tidak sedikit. Komoditas hortikultura mencakup komoditas buah, sayur, tanaman hias, dan tanaman obat.

Produk hortikultura mempunyai karakteristik yang berbeda dari produk agronomi. Komoditas hortikultura dimanfaatkan dalam keadaan masih hidup atau masih segar, perisibel, dan mempunyai kandungan air yang tinggi. Contoh komoditas hortikultura seperti sawi, kangkung, tomat, cabai, jambu, dan sebagainya. Dalam budidaya hortikultura, karakteristik tanaman harus diketahui. Contohnya tomat tidak cocok pada tempat yang tergenang air, sawi tidak cocok pada tanah yang terlalu sering ditanami. Hal ini diperlukan agar didapatkan produk akhir yang optimal. Selain itu dalam budidaya hortikultura juga harus diperhitungkan jenis varietas yang cocok dan unit lapang yang akan di berikan.

Untuk menunjang pemahaman tentang hortikultura maka diadakan praktikum dasar-dasar hortikultura. Paraktikum dasar-dasar hortikultura ini memepelajari tentang cara budidaya tanaman hortikultura, karakteristik tanaman, OPT, dan manajemen pengolahan budidaya hortikultura. Walaupun tidak semua komoditas hortikultura dipelajari. Mahasiswa dituntut bekerja dengan rajin, terampil, tangkas, dan dapat kerjasama kelompok dengan baik. Setiap mahasiswa dituntut untuk terlibat langsung dalam setiap tahap atau proses kegiatan mulai dari persemaian sampai panen dan pasca panen.

Tujuan

Tujuan praktikum dasar-dasar hortikultura ini adalah untuk mengetahui dan mengaplikasikan cara budidaya tanaman hortikultura, mengetahui karakteristik tanaman hortikultura. Selain itu, praktikum ini juga bertujuan untuk mengetahui manajemen pengolahan budiadaya hortikulura.

1.2 Tujuan

v Mahasiswa dapat mempraktekkan persiapan lahan untuk tanaman hortikultura

v Mahasiswa dapat mempraktekkan Persemaian

v Mahasiswa dapat mempraktekkan penanaman dengan berbagai sistem tanam

v Mahasiswa dapat mempraktekkan Pemeliharaan tanaman

v Mahasiswa dapat mengetahui budidaya tanaman budidaya dengan hidroponik

v Mahasiswa dapat mempraktekkan pemanenan tanaman

v Mahasiswa dapat mempraktekan pasca panen

BAB II

Tinjauan Pustaka

Kangkung (Ipomoea reptans)

Kangkung merupakan sayuran yang sudah dikenal oleh masyarakat Indonesia. Kangkung adalah tanaman tahunan akuatik atau semi akuatik yang ditemukan di wilalah tropika dan sub tropika. Tanaman yang mudah ditanam, produktif dan bergizi tinggi ini. Kangkung biasanya diproduksi setiap tahun.

Kangkung masuk dalam divisio Spermatophyta, sub divisio Angiospermae, kelas Dicutyledoneae, family Convolvulaceae, genus Ipomoea. Spesies kangkung meliputi Ipomoea aquatica Forks (kangkung air), Ipomoea reptans Poir (kangkung darat), kangkung hutan atau kangkung pagar (Ipomoeae fistulose Mart ex. (hoisy)), rinsik bumi (I. quamoqlit), dan I. Triloba L. yang tumbuhnya liar di hutan-hutan.

Ada dua tipe kangkung yang diusahakan, yaitu (1) Forma daun sempit, langsing dan dengan ujung meruncing, bunga putih , serta batang hijau, yang disebut kangkung darat (ching quat) yang dapat tumbuh baik ditanah lembab maupun lingkungan semiakuatik. Kangkung darat banyak tumbuh dilahan kering atau tegalan. Warnanya hijau pucat keputih-putihan. Warna bunga putih polos. Bunga ini dipelihara untuk menghasilkan benih baru. Pada umumnya kangkung darat lebih toleran terhadap cuaca dingin. (2) Forma daun lebar berbentuk mata anak panah, bunga merah jambu, dan batang putih, yang dikenal sebagai kangkung air (pak quat), yang dapat di budidayakan di lingkungan tergenang. Kangkung air pada umumnya lebih disukai oleh masyarakat.

Budidaya kangkung air, tanaman diperbanyak dengan stek batang dan benih jarang di gunakan. Panjang batang yang digunakan untuk stek berukuran kurang lebih tiga puluh sentimeter. Namun, panjang tersebut tidak mutlak, yang terpenting adalah harus memiliki paling sedikit lima ruas dan memiliki panjang yang seragam. Kangkung yang akan dijadikan bahan stek diambil dari pertanaman yang sudah ada atau pembibitan bahan perbanyakan yang terbebas dari hama dan penyakit. Hal ini dilakukan karena hama dan penyakit dapat menular dan dan dapat merusak hasil tanaman. Stek ini dibenamkan hingga separuh panjangnya, sedalam 3-4 cm, kedalam tanah macak macak dengan jarak tanam 30 x 50 cm. Satu lubang berisi satu stek. Setelah penanaman, lahan dibanjiri. Air harus mengalir, dan ketinggiannya harus diatur, awalnya 3-5 cm dan ditingkatkan sesuai dengan tinggi tanaman hingga sekitar 15-20 cm.

Budidaya setengah tergenang (semiakutik) juga dilakukan pada bedengan yang ditinggikan yang berjarak sekitar satu meter. Pada sistem poduksi ini, biasa digunakan setek, bibit yang berakar, atau benih sebar langsung untuk perbanyakan. Setelah tanam, parit dibanjiri untuk menghasilkan dan menjaga tingkat kelembaban tinggi pada bedengan.

Batang tanaman kangkung berbentuk bulat panjang, berbuku-buku, banyak mengandung air (herbaceus) dan berpori. Tanaman kangkung tumbuh merambat atau menjalar dengan percabangannya banyak.

Tanaman kangkung cepat memberikan hasil dalam 4-6 minggu sejak dari benih. Kangkung dapat dipanen optimal 8-10 kali per musim. Tanaman ini dapat tumbuh optimal di daerah tropik dataran rendah dengan kondisi temperatur yang tinggi dan tetap serta penyinaran matahari yang rendah. Rata-rata suhu pertumbuhan optimal adalah 20oC-32oC dengan kelembaban lebih dari 60%. Kangkung dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah sampai dataran tinggi kurang lebih 2000 m dpl dan diutamakan lokasi lahannya terbuka atau mendapat sinar matahari yang cukup. Di tempat yang terlindungi atau ternaungi tanaman kangkung akan tumbuh memanjang namun kurus-kurus.

Persyaratan tanah yang paling ideal untuk tanaman kangkung sangat tergantung kepada jenis varietasnya, yakni: kangkung air membutuhkan tanah yang banyak mengandung air dan lumpur, misalnya rawa-rawa, persawahan atau di kolam-kolam. Pada tanah yang kurang air tanaman kangkung air pertumbuhannya akan kerdil, lambat dan rasanya menjadi liat (keras). Sedangkan kangkung darat menghendaki tanah yang subur, gembur, banyak mengandung bahan organik dan tidak mudah menggenang. Pada tanah yang becek, akar-akar dan batang tanaman kangkung darat mudah membusuk dan mati. Tumbuh optimum pada tanah yang memiliki pH 5,6-6,5.

Tanaman kangkung mempunyai sistem perakaran tunggang dan cabang-cabang akarnya menyebar ke semua arah dapat menembus kedalaman 60-100 cm dan melebar secara mendatar pada radius 100-150 cm atau lebih terutama pada jenis kangkung air. Tangkai daun melekat pada buku-buku batang dan ketiak daunnya terdapat mata tunas yang dapat tumbuh menjadi tanaman baru. Bentuk daun biasanya seperti jantung hati, ujung daunnya runcing atau tumpul, pemukaan daun sebelah atas berwarna hijau tua dan permukaan daun bagian bawah bewarna hijau muda.

Selama fase pertumbuhannya, tanaman kangkung dapat berbunga, berbuah dan berbiji, terutama jenis kangkung darat. Bentuk bunga seperti terompet dan daun mahkota berwarna putih atau merah lembayung. Buah kangkung berbentuk bulat telur yang di dalamnya berisi tiga butir biji. Bentuk biji bersegi-segi atau agak bulat, berwarna coklat kehitam-hitaman dan termasuk biji berkeping dua.

Caisim

Caisim alias sawi bakso ada juga yang menyebutnya sawi cina., merupakan jenis sawi yang paling banyak dijajakan di pasar-pasar dewasa ini. Tangkai daunnya panjang, langsing, berwarna putih kehijauan. Daunnya lebar memanjang, tipis dan berwarna hijau. Rasanya yang renyah, segar, dengan sedikit sekali rasa pahit. Selain enak ditumis atau dioseng, juga untuk pedangan mie bakso, mie ayam, atau restoran cina.Tanaman caisin dapat tumbuh baik di tempat yang berhawa panas maupun berhawa dingin, sehingga dapat diusahakan dari dataran rendah maupun dataran tinggi. Meskipun demikian pada kenyataannya hasil yang diperoleh lebih baik di dataran tinggi. Daerah penanaman yang cocok adalah mulai dari ketinggian 5 meter sampai dengan 1.200 meter di atas permukaan laut. Namun biasanya dibudidayakan pada daerah yang mempunyai ketinggian 100m – 500m dpl.

Caisim tahan terhadap air hujan, sehingga dapat di tanam sepanjang tahun. Pada musim kemarau yang perlu diperhatikan adalah penyiraman secara teratur. Berhubung dalam pertumbuhannya tanaman ini membutuhkan hawa yang sejuk. lebih cepat tumbuh apabila ditanam dalam suasana lembab. Akan tetapi tanaman ini juga tidak senang pada air yang menggenang. Dengan demikian tanaman ini cocok ditanam di akhir musim penghujan. Tanah yang cocok untuk ditanami caisim adalah tanah gembur, banyak mengandung humus, subur, serta pembuangan airnya baik. Derajat kemasaman (pH) tanah yang optimum untuk pertumbuhannya adalah antara pH 6 sampai pH 7.

Cara bertanam caisim sesungguhnya tak berbeda jauh dengan budidaya sayuran pada umumnya. Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Benih caisim berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus memperhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil.

Tanah digemburkan dan dibuat bedengan dengan ukuran lebar 120 cm dan panjang sesuai dengan ukuran petak tanah. Tinggi bedeng 20 - 30 cm dengan jarak antar bedeng 30 cm, seminggu sebelum penanaman dilakukan pemupukan terlebih dahulu yaitu pupuk kandang 10 ton/ha, TSP 100 kg/ha, Kcl 75 kg/ha. Sedang jarak tanam dalam bedengan 40 x 40 cm , 30 x 30 dan 20 x 20 cm. Caisim dapat ditanam secara langsung atau pun tidak. Namun, yang paling efektif jika ditanam secara indirect planting.

Pemeliharaan adalah hal yang penting. Sehingga akan sangat berpengaruh terhadap hasil yang akan didapat. Yang perlu diperhatikan adalah penyiraman, penjarangan, penyulaman, penyiangan, dan pemupukan.

Penyiraman ini tergantung pada musim, bila musim penghujan dirasa berlebih maka kita perlu melakukan pengurangan air yang ada, tetapi sebaliknya bila musim kemarau tiba kita harus menambah air demi kecukupan tanaman sawi yang kita tanam. Bila tidak terlalu panaspenyiraman dilakukan sehari cukup sekali sore atau pagi hari.

Penjarangan, penjarangan dilakukan dua minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat.

Penyulaman ialah tindakan penggantian tanaman ini dengan tanaman baru. Caranya sangat mudah yaitu tanaman yang mati atau terserang hama dan penyakit diganti dengan tanaman yang baru.

Penyiangan biasanya dilakukan 2 - 4 kali selama masa pertanaman sawi, disesuaikan dengan kondisi keberadaan gulma pada bedeng penanaman. Biasanya penyiangan dilakukan satu atau dua minggu setelah penanaman. Apabila perlu dilakukan penggemburan dan pengguludan bersamaan dengan penyiangan.

Pemupukan tambahan diberikan setelah tiga minggu tanam, yaitu dengan urea 50 kg/ha. Dapat juga dengan satu sendok the sekitar 25 gram dilarutkan dalam 25 liter air dapat disiramkan untuk lima meter bedengan.

Selain cara konvensional, bayam dapat pula ditanam dengan system hidroponik dan vernikultur.

Bayam (Amaranthus spp. L. )

Bayam (Amaranthus spp. L. ) berasal dari Amerika tropik. Sampai sekarang, tumbuhan ini sudah tersebar di daerah tropis dan subtropis di seluruh dunia. Tanaman bayam semula dikenal sebagai tumbuhan hias. Dalam perkembangan selanjutnya. Tanaman bayam dipromosikan sebagai bahan pangan sumber protein, terutama untuk negara-negara berkembang. Dari sudut pandang manusia awam, bayam adalah komoditas sederhana, dalam pengertian mudah didapat setiap saat dengan harga murah, dan pengolahan untuk makanan sederhana. Bayam mampu bertahan hidup pada berbagai habitat yang bercekaman dan mampu menghasilkan biji dalam jumlah banyak. Biji bayam relatif mudah rontok dan banyak anggotanya yang berperan sebagai gulma, baik tumbuh bersaing dengan tanaman budidaya pokok maupun lahan kosong.

Bayam masuk ke dalam kerajaan Plantae, divisi Magnoliophyta, kelas Magnoliopsida, ordo Caryophyllales, dan famili Amaranthaceae. Keluarga Amaranthaceae memiliki sekitar 60 genera, terbagi dalam sekitar 800 spesies bayam. Dalam kenyataan di lapangan, penggolongan jenis bayam dibedakan atas 2 macam, yaitu bayam liar dan bayam budidaya.

Bayam liar dikenal dua jenis, yaitu bayam tanah (A. blitum L.) dan bayam berduri (A. spinosus L.). Ciri utama bayam liar adalah batangnya berwarna merah dan daunnya kaku (kasap).

Jenis bayam budidaya dibedakan dua macam, yaitu: (1) Bayam cabut atau bayam sekul alias bayam putih (A. tricolor L.). Ciri - ciri bayam cabut adalah memiliki batang berwarna kemerah-merahan atau hijau keputih - putihan, dan memilki bunga yang keluar dari ketiak cabang. Bayam cabut yang batangnya merah disebut bayam merah, sedangkan yang batangnya putih disebut bayam putih. (2) Bayam tahun, bayam skop atau bayam kakap (A. hybridus L.). Ciri - ciri bayam ini adalah memiliki daun lebar - lebar, yang dibedakan atas 2 spesies yaitu A. hybridus caudatus L. dan A. hibridus paniculatus L.

A. hybridus caudatus L., memiliki daun agak panjang dengan ujung runcing, berwarna hijau kemerah - merahan atau merah tua, dan bunganya tersusun dalam rangkaian panjang terkumpul pada ujung batang.

A. hibridus paniculatus L., mempunyai dasar daun yang lebar sekali, berwarna hijau, rangkaian bunga panjang tersusun secara teratur dan besar - besar pada ketiak daun.

Varietas bayam unggul ada tujuh macam yaitu varietas Giri Hijau, Giti Merah, Maksi, Raja, Betawi, Skop, dan Hijau. Sedangkan beberapa varietas bayam cabut unggul adalah Cempaka 10 dan Cempaka 20.

Untuk pertumbuhannya, bayam tidak memerlukan persyaratan yang terlalu rumit. Tanaman ini dapat ditanam baik di dataran rendah maupun dataran tinggi, sehingga hampir di seluruh wilayah nusantara dapat di usahakan jenis sayuran seperti ini. Bayam diperbanyak secara generative (biji), tanpa melalui persemaian. Walaupun begitu, Bayam lebih menyukai iklim hangat dan cahaya kuat. Bayam relatif tahan terhadap pencahayaan langsung karena merupakan tumbuhan C4.

Di Indonesia, bayam dapat tumbuh sepanjang tahun dan ditemukan pada ketinggian 5-2.000 m dpl, tumbuh di daerah panas dan dingin, tetapi tumbuh lebih subur di dataran rendah pada lahan terbuka yang udaranya agak panas. Herba setahun, tegak atau agak condong, tinggi 0,4-1 m, dan bercabang. Batang lemah berair dan kurang berkayu. Daun bertangkai, berbentuk bulat telur, lemas, panjang 5-8 cm, ujung tumpul, pangkal runcing, serta warnanya hijau, merah, atau hijau keputihan. Bunga dalam tukal yang rapat, bagian bawah duduk di ketiak, bagian atas berkumpul menjadi karangan bunga di ujung tangkai dan ketiak percabangan. Bunga berbentuk bulir. Bijinya berwarna hitam, kecil dan keras.

Pengolahan tanah untuk budidaya bayam cabutan dilakukan dengan mencangkul sedalam 20 cm sedang untuk bayam tahunan pencangkulan dilakukan lebih dalam yaitu sekitar 30 cm. Setelah tanah diratakan kembali kemudian diberikan pupuk kandang sebanyak ± 10 ton/ Ha. Untuk lebih memudahkan pemeliharaannya kelak, maka pertanaman hendaknya dilakukan dalam bentuk bedengan ukuran 1m x 5 m, baik untuk bayam cabutan maupun bayam tahunan.

Benih disebarkan atau dideretkan dalam garitan yang berjarak 15-20 cm di atas suatu petakan yang telah diberi cukup pupuk kandang. Setelah itu ditutup dengan tanah tipis-tipis sampai merata kemudian dilakukan penyiraman secara hati-hati. Penyiangan dapat dilakukan pada saat tanaman berumur ± 2 minggu. Rumput-rumput atau gulma pengganggu supaya dibersihkan dengan cara dicabut atau dibuang, kemudian tanah sekitar batang tanaman digemburkan.

Disamping pemberian pupuk kandang sebagai pupuk dasar maka pupuk anorganik juga diberikan sebagai pupuk dasar. Jenis pupuk yang diberikan adalah Urea, SP 36, dan KCl. Dosis pupuk yang diberikan tergantung pada jenis tanaman sebelumnya serta kandungan unsure hara pada masing-masing jenis pupuk. Pemberian pupuk tidak perlu terlalu dalam, cukup disebarkan dalam garitan ± 5 cm disebelah kanan dan kiri barisan. Gangguan pertanaman baik oleh hama maupun penyakit tidak dapat dijumpai, kecuali adanya kerusakan daun yang ditimbulkan oleh ulat daun.

Bayam dikenal sebagai sayuran sumber zat besi yang tinggi. Selain itu daun bayam dapat digunakan untuk membersihkan darah sehabis bersalin, memperkuat akar rambut, tekanan darah rendah, gagal ginjal, dan melancarkan pencernaan. Namun perlu diingat, jangan pernah memanaskan sayur bayam. Selain zat gizi menjadi rusak, zat besipun menjadi meningkat dan bisa berbahaya bagi tubuh.

Tomat (Lycopersicon esculentum)

Tomat merupakan buah buni berdaging yang memiliki banyak manfaat. Tomat biasanya dimanfaatkan dalam keadaan segar atau telah dimasak. Tomat masuk ke dalam divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae, kelas Dicotyledonae, ordo Solanales, famili Solanaceae, genus Lycopersicon (Lycopersicum), species Lycopersicon esculentum Mill.

Penanaman tomat yang aman dan hemat adalah ketika musim hujan akan berakhir, yaitu sekitar bulan April dan Mei. Hal ini dimaksudkan agar frekuensi hujan sudah berkurang sehingga cocok untuk tanaman yang masih muda.

Awal penanaman tomat dimulai dari pembibitan benih. Tahap-tahap yang diperlukan dalam pembibitan adalah penyiapan bedeng semai, penyiapan media tanah, penanaman, dan penyapihan. Bedeng semai berfungsi sebagai tempat menyemaikan benih. Bedeng semai dapat dibuat dalam berbagai versi, tergantung selera dan finansial yang ada.

Penyemain benih dapat dengan cara menyebar benih tetapi cara terbaik dan teraman dengan dilakukan menanam benih sedalam 0,5-1 cm. Hasil semaian akan baik bila dipeliharadan menjaganya dari gangguan mekanis dan menjaga agar tidak kekeringan.

Bibit disapih ketika berumur 7-10 hari. Penyapihan berfungsi untuk memberikan daya adaptasi dan kemampuan tubuh yang lebih leluasa pada bibit. Selain itu dalam proses penyapihan dapat dilakukan sleksi bibit. Penanaman dilakukan ketika tanaman berumur sekitar 3 minggu di penyapihan. Bibit ditanam dengan posisi tegak lurus.

Penyiraman pada tomat dimaksudkan untuk mengganti air yang telah menguap pada siang hari, memberi tambahan air yang dibutuhkan oleh tanaman, dan mengembalikan kekuatan tanaman. Penyiraman hanya perlu dilakukan apabila keadaan cuaca menjadi sangat panas. Cuaca panas menyebabkan tanah menjadi kering dan tanaman tidak cukup mendapat air tanah. Penyiraman harus dilakukan dengan hati-hati agar air siraman tidak mengenai daun dan buah tomat, tetapi hanya mengenai batang dan akar. Sebaliknya pada saat musim hujan, di sekitar lahan yang ditanami tomat, harus dibuatkan saluran drainase supaya air hujan dapat segera mengalir karena tomat paling tidak tahan genangan air.

Penyulaman mempunyai maksud untuk mengganti tanaman yang mati, layu, rusak, atau kurang baik pertumbuhannya. Bibit pengganti dipilih yang baik pertumbuhannya agar dapat mengejar terdahulu yang berhasil tumbuh.

Jika tanaman telah mencapai tinggi 25 cm, harus dibuatkan tiang penahan. Untuk tomat yang tidak bercabang banyak, diperlukan lanjaran tegak setinggi sekitar 1,5 meter. Sedangkan untuk jenis tomat bercabang banyak, perlu dibuatkan lanjaran miring, pagar, atau para-para. Dua minggu setelah bibit ditanam, dilakukan penyiangan dan pendangiran. Kegiatan ini diulangi 3 minggu kemudian, yaitu saat tomat mulai berbunga. Penyiangan dan pendangiran harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak banyak akar yang terpotong. Akar yang terpotong dapat menyebabkan batang menjadi layu atau buah muda gugur.

Tanaman tomat yang telah mempunyai lima dompolan buah harus dipotong pucuk batangnya dan tunas-tunasnya agar buah dapat menjadi besar dan cepat masak. Tinggalkan dua atau tiga tunas yang berada di samping atau di sebelah bawah dompolan buah yang kelima itu. Dompolan yang berdaun atau berbuah lebih perlu dipangkas dan dipetik agar tomat yang dikehendaki (lima dompolan) tidak terhalang pertumbuhannya.

Pemupukan Selama pertumbuhan di bedengan penanaman, tanaman tomat perlu dipupuk dengan Urea, DS, dan ZK. Banyaknya pupuk setiap pohon 20 g dengan perbandingan 2:3:1 atau 100 kg Urea, 300 kg DS, dan 125 ZK setiap ha. Pemupukan dilakukan dua kali, yaitu saat penyiangan pertama (dua minggu setelah tanam) dan penyiangan kedua (setelah tomat berbuah satu atau tiga dompolan). Pupuk diberikan di sekeliling tanaman dengan jarak sekitar 5 cm dan dibenamkan ke tanah sedalam 1 - 2 cm.

Ciri buah yang dapat dijadikan benih adalah (1) Secara visual: dengan melihat warna kulit dan ukuran buah, masih adanya sisa tangkai putik, mengeringnya tepi daun tua, dan mengeringnya tubuh tanaman. (2) Secara fisik: dilihat dari mudah tidaknya buah terlepas dari tangkai dan berat jenisnya. (3) Secara analisis kimia: kandungan zat padat, zat asam, perbandingan zat padat dengan zat asam, dan kandungan zat pati. (4) Secara perhitungan: jumlah hari setelah bunga mekar dalam hubunganya dengan tanggal berbunga dan unit panas. (5) Secara fisioogi: dengan melihat respirasi.

Cabai ( Capsicum annum)

Cabai sudah dikenal banyak orang di berbagai negara sejak abad ke-15. Penyebaran tanaman cabai sangat luas. Luasnya penyebaran daerah tumbuh cabai menyebabkan beragamnya istilah atau nama cabai di berbagai negara, diantaranya: Inggris mengenal cabai sebagai Capsicum pepper, chilli, bird pepper, dan bird’s eye chilli. Amerika mengenal cabai sebagai piment dan poivron. Indonesia mengenal cabai sebagai lombok, cabai, cabai keriting, cabai rawit, dan cabai besar. Malaysia mengenal cabai sebagai cili, cili padi, cili api, dan cili sayur. Papua New Guenea mengenal cabai sebagai kapsikam, dan lombo. Filipina mengenal cabai sebagai sili, dan pasete. Kamboja mengenal cabai sebagai mo-tééhs phlaôk, dan mo-tééhs khmeang. Laos mengenal cabai sebagai ph’ik, dan phéd. Thailand mengenal cabai sebagai phrik. Dan Vietnam mengenal cabai sebagai [ows]t .

Capsicum masih termasuk Family Solanaceae yang menjadi salah satu genus dari 90 genus dan 2000 spesies, selain itu juga termasuk salah satu tanaman penting secara ekonomi dari beberapa tanaman penting lainya seperti kentang, terong, tomat, dan tembakau. Berdasarkan ilmu taksonomi, cabai masuk ke dalam divisio Spermatophyta, subdivisio Angiospermae, class Dicotyledone, Ordo Tubiflorae, familia Solanaceae, genus Capsicum, spesies Capsicum annuum L.

Cabai secara umum memiliki ciri-ciri morfologi dengan struktur perakaran yang diawali dari akar tunggang yang sangat kuat dan bercabang-cabang ke samping dengan akar rambut. Akar tunggang yang kuat pada cabai dapat menghujam ke dalam hingga mencapai kedalaman satu meter atau bahkan lebih.

Ciri lainnya adalah tanaman ini berbatang utama tegak, bagian pangkanya berkayu dan bercabang lebat, serta memiliki tinggi yang berkisar 50-150 cm dengan diameter batang ± 1 cm. Bagian batang yang muda berambut halus. Secara umum warna batangnya adalah hijau dan coklat kehijauan pada ujung batang utama hingga mendekati percabangan, sedangkan pada ‘node’ atau titik percabangan biasanya diwarnai oleh bercak ungu. Tanaman cabai memiliki bentuk daun datar, berkilau, sederhana, panjang tangkai 0,5- 2,5 cm, helaian daun bulat telur memanjang atau ellips bentuk lanset, dengan pangkal meruncing dan ujung runcing, 1,5-12 kali 1-5 cm. Selain itu, daun cabai agak kaku, berwarna hijau sampai hijau tua dengan tepinya rata. Daun tumbuh pada tunas-tunas samping secara berurutan, sedangkan pada batang utama daun tunggal tersebut tersusun secara spiral. Daun berbulu lebat atau jarang, tergantung pada spesiesnya.

Bunga cabai umumnya bersifat tunggal dan tumbuh pada ujung ruas, serta merupakan bunga sempurna (hermaprodit). Bunga sempurna adalah bunga yang memiliki putik dan benang sari dalam satu bunga. Mahkota bunga berwarna putih atau ungu tergantung kultivarnya, helaian mahkota bunga berjumlah lima atau enam helai. Pada dasar bunga terdapat daun buah yang berjumlah lima helai yang kadang-kadang bergerigi. Tabung kelopak berusuk bentuk lonceng, gundul, tinggi 2-3 mm. Mahkota bentuk roda, berbagi 5 dalam, tinggi tabung 2 mm, tepian terbentang, luas, garis tengah 1,5-2 cm, taju runcing. Setiap bunga mempunyai satu putik (stigma), kepala putik berbentuk bulat. Benang sari berjumlah lima sampai delapan helai benang sari dengan kepala sari yang berbentuk lonjong, berwarna biru keunguan. Pada saat bunga mekar, kotak sari masak dan dalam waktu relatif singkat tepung sari keluar mencapai kepala putik dengan perantara serangga atau angin.

Ukuran buah cabai beragam dari pendek sampai panjang, sedangkan ujungnya runcing atau tumpul. Bentuk buah umumnya adalah memanjang. Kedudukan buah adalah buah tunggal pada masing-masing ruas (ketiak daun), atau kadang-kadang ‘fasiculate’ (bergerombol). Permukaan kulit dan warna buah bervariasi dari halus sampai bergelombang, warna mengkilat sampai kusam, hijau, kuning, coklat atau kadang-kadang ungu pada waktu muda dan menjadi merah kalau matang. Lebar buah mencapai 8 mm sedangkan panjangnya berkisar 0,8-30 cm (asumsi buah lurus).

Biji cabai terletak di dalam buah. Melekat di sepanjang ‘placenta’, berjumlah 140 biji per gram. Biji mempunyai kulit yang keras. Di dalam biji terdapat ‘endosperm’ dan ‘ovule’. Biji C. annuum berwarna kuning jerami, hanya biji C. pubescens yang berwarna hitam.

Cabai dapat hidup pada daerah yang memiliki ketinggian antara 01.200 m dpl. Berarti tanaman ini toleran terhadap dataran tinggi maupun dataran rendah. Jenis tanah yang ringan ataupun yang berat tak ada masalah asalkan diolah dengan baik. Namun, untuk pertumbuhan dan produksi terbaik, scbaiknya ditanam pada tanah berstruktur remah atau gembur dan kaya bahan organik. Sedang pH tanah yang dikehendaki antara 6,0-7,0.

Benih Benih cabai dapat diperoleh dari buah yang tua dan bentuknya sempurna, tidak cacat, serta bebas hama dan penyakit. Benih dapat diperoleh dengan cara buah cabai dibelah secara memanjang, dikeluarkan bijinya, dijemur, dan dibiarkan hingga kering. Biji seperti ini bisa langsung disemai. Apabila ingin disimpan lama sebaiknya buah cabai dibiarkan tetap utuh dan dijemur hingga kering. Bila sudah ingin disemai, biji yang kering dikeluarkan. Apabila benih terlanjur lama disimpan maka sebelum disemaikan direndam dahulu dalam air hangat. Biarkan sebentar. Nanti akan terlihat sebagian biji terendam dan sebagian mengapung. Biji yang mengapung dibuang karena biji tersebut sudah rusak dan bila dipaksakan ditanam akan sulit tumbuh. Biji yang terpilih untuk ditanam sebaiknya mengalami perlakuan benih dahulu. Benih direndam dalam larutan kalium hipoklorit 10 % sekitar 10 menit. Tindakan ini sebagai penangkal penyakit virus yang sering terdapat pada benih. Benih juga dapat direndam dalam air hangat (suhu 50°C) selama semalam. Tujuan perendaman agar benih cepat tumbuh.

Kebutuhan benih cabai per hektar ialah antara 200-500 g. Untuk cabai hibrida sebaiknya memakai benih yang langsung dibeli di toko. Bila mengambil benih dari buah yang ditanam sendiri maka hasil panen beirikutnya akan jauh berkurang. Tanaman cabai sebaiknya ditanam dalam bentuk bibit. Untuk itu diperlukan persemaian. Persemaian sederhana dengan atap daun kelapa, daun pisang, atau alang-alang bisa dipakai. Pada daerah dataran tinggi atau daerah yang sering ditiup angin kencang, sebaiknya dibuat atap yang kekuatannya memadai. Misalnya, atap plastik yang lumayan kokoh. Arah bedengan persemaian dibuat menghadap ke timur. Tanah bedengan diolah agar gembur, lalu ditambahkan pupuk kandang dengan dicampur merata. Biji cabai ditebarkan dan disiram dengan sprayer halus agar tumbuh baik. Penyiraman dilakukan secara teratur. Setelah berumur 30-40 hari setelah semai bibit siap ditanam di lahan.

Penanaman Cabai bisa di tanam di lahan sawah atau tegalan. Bila ditanam di lahan sawah sebaiknya di akhir musim hujan sehingga jumlah air di lahan tidak berlebihan. Sedangkan bila ditanam di tegalan saat yang tepat adalah musim hujan. Pemilihan musim ini penting agar kebutuhan air tanaman cabai tersedia dengan tepat. Tanah dibersihkan dari gulma dan dicangkul atau dibajak agar gembur. Bila pH tanah kurang dari 5,5, tambahkan kapur. Untuk satu hektar tanah asam dibutuhkan 1-1,5 ton kapur. Kapur akan memberikan pengaruh terbaik bila diberikan 1 bulan sebelum tanam. Cabai dapat ditanam dengan sistem baris tunggal (single row) atau sistem beberapa baris pada bedengan. Sistem baris tunggal banyak dipakai petani cabai dataran tinggi serta dataran rendah yang tergolong medium karena cocok dengan tanah yang bertekstur ringan atau sedang. Sistem beberapa baris pada bedengan lebih umum digunakan petani dataran rendah karena sistem tanahnya yang bertekstur liat hingga berat. Jarak tanam yang digunakan pada sistem baris tunggal adalah 60-70 cm x 30-50 cm. Sedangkan untuk sistem bedengan, jarak tanamnya 40-50 cm x 30-40 cm. Pada setiap titik dibuat lubang tanaman. Ukuran lubang tak perlu besar yang penting bisa memuat benih sapihan beserta tanah yang membalut perakarannya.

Pemeliharaan Benih sapihan biasanya tumbuh terus dengan baik. Bila ada tanaman yang mati, sebaiknya segera disulam. Tujuannya agar pertumbuhan tanaman susulan tidak terlalu jauh berbeda dengan yang lebih dahulu tumbuh baik. Tindakan pemeliharaan lain untuk tanaman cabai yang penting adalah penyiangan, penggemburan, dan pengairan. Penyiangan dilakukan dengan kored atau dengan langsung mencabut. Penyiangan dengan kored berfungsi juga sebagai penggembur tanah. Pengairan dilakukan terutama pada awal penanaman atau pada saat air hujan tak mencukupi kebutuhan tanaman.

Kebutuhan pupuk kandang untuk setiap hektar lahan cabai adalah sekitar 20 ton. Selain itu pupuk buatan juga diberikan. Pupuk yang biasa diberikan adalah Urea dengan dosis 225 kg/ha, TSP dengan dosis 100-150 kg/ha, dan KCl dengan dosis 100-150 kg/ha. Pupuk Urea diberikan tiga kali. Sepertiga bagian di awal tanam, sepertiga berikutnya di bulan pertama dan kedua. Sebaiknya pupuk diberikan dengan cara ditugal. Pemupukan pertama merupakan gabungan dari Urea, TSP, dan KCI.

Panen Cabai dataran rendah lebih cepat dipanen dibanding cabai dataran tinggi. Panen pertama cabai dataran rendah sudah dapat dilakukan pada umur 70-75 hari. Sedang di dataran tinggi panen baru dapat dimulai pada umur 4-5 bulan. Setelah panen pertama, setiap 3-4 hari sekali dilanjutkan dengan panen rutin. Biasanya pada panen pertama jumlahnya hanya sekitar 50 kg. Panen kedua naik hingga 100 kg. Selanjutnya 150, 200, 250, ..., . hingga 600 kg per hektar. Setelah itu hasilnya menurun terus, sedikit demi sedikit hingga tanaman tidak produktif lagi. Tanaman cabai dapat dipanen terus-menerus hingga berumur 6-7 bulan. Cabai yang sudah berwama merah sebagaian berarti sudah dapat dipanen. Ada juga petani yang sengaja memanen cabainya pada saat masih muda (berwarna hijau). Kriteria panennya saat ukuran cabai sudah besar, tetapi masih berwama hijau penuh.

Kacang Panjang (Vigna sinensis)

Tumbuhan kacang panjang telah dikenal luas oleh masyarakat kita. Bahkan sehari-hari kita sering menjadikannya santapan baik untuk sayuran maupun lalapan. Mungkin sebagian dari kita telah mengetahui, pernah melihat sayuran kacang panjang.

Kacang panjang merupakan tanaman semak, menjalar, semusim dengan tinggi kurang lebih 2.5 m. Batang tanaman ini tegak, silindris, lunak, berwarna hijau dengan permukaan licin. Daunnya majemuk, lonjong, berseling, panjang 6-8 cm, lebar 3-4,5 cm, tepi rata, pangkal membulat, ujung lancip, pertulangan menyirip, tangkai silindris, panjang kurang lebih 4 cm, dan berwarna hijau.

Bunga tanaman ini terdapat pada ketika daun, majemuk, tangkai silinder, panjang kurang lebih 12 cm, berwarna hijau keputih-putihan, mahkota berbentuk kupu-kupu, berwarna putih keunguan,kuning atau biru, benang sari bertangkai, panjang kurang lebih 2 cm, berwarna putih, kepala sari kuning, putilk bertangkai, berwarna kuning, panjang kurang lebih 1 cm, dan berwarna ungu. Bunga kacang panjang mulai tampak pada umur 4-6 minggu setelah kecambah muncul dan mekar pada pagi hari.

Buah tanaman ini berbentuk polong, berwarna hijau, dan panjang 15-25 cm. Polong menggantung, ramping, biasa digunakan seperti seperti kacang buncis. Bijinya lonjong pipih, berwarna coklat muda. Panen sering dimulai sekitar 70 hari setelah tanam dan dapat berlanjut selama 25-30 hari.

Umur simpan kacang panjang pendek. Hal ini disebabkan oleh tingginya respirasi dan cepat layu. Walaupun penyimpanan suhu rendah dapat dapat memperpanjang umur simpan polong ya gtelah dipanen, kacang panjang peka terhadap kerusakan suhu rendah dan bahkan rusak jika disimpan pada suhu dibawah 10oC selama beberapa hari.

Akarnya tunggang berwarna coklat muda (Hutapea etal 1994). Tanaman tumbuh baik pada tanah Latosol atau lempung berpasir, subur, gembur, banyak mengandung bahan organik dan drainasenya baik, pH sekitar 5,5-6,5. Suhu antara 20-30 derajat Celcius, iklimnya kering, curah hujan antara 600-1.500 mm/tahun dan ketinggian optimum kurang dari 800 m dpl.

Kacang panjang dapat diperbanyak dengan biji. Biji yang dijadikan bibit hendaknya diambil dari buah yang masak di pohon. Tanaman yang diambil benihnya adalah tanaman yang tumbuh sehat. Polong yang bijinya dijadikan benih adalah polong yang sehat dan mulus. Polong tersebut dibiarkan sampai kulit luarnya mengering. Kacang panjang yang masak di pohon ini harus sehat dan mulus. Untuk satu hektar lahan, dibutuhkan benih sekitar 15-20 kg. Benih kacang yang disimpan sering dirusak hama gudang sehingga perlu perlakuan benih dengan menggunakan Sevin atau Ridomil. Untuk setiap kg benih dibutuhkan 1-2 g pestisida tersebut yang dilarutkan dalam satu liter air. Benih direndam sekitar tiga menit dalam larutan, lalu diangin-anginkan dan disimpan.

Penanaman dilakukan setelah lahan diolah dan digemburkan, lalu dibuat lubang tanam dengan tugal. Jarak tanam antarbaris 75 cm, dan jarak antar tanaman 25 cm. Masukkan 2-3 butir benih ke dalam lubang: Kemudian lubang ditutup dengan tanah tipis-tipis tanpa dipadatkan. Kacang panjang tidak harus ditanam dalam bedengan. Bila ingin membuat guludan dalam barisan cukup dengan menaikkan tanah di kiri-kanan tanaman sehingga barisan menjadi lebih tinggi.

Pemeliharaan Kacang panjang tipe merambat perlu diberi rambatan. Bila tidak maka pertumbuhan tanaman akan menumpuk tak menentu. Posisi polongnya juga akan berserakan di tanah. Ajir dibuat dari bambu yang panjangnya kurang lebih 2 m. Ajir dipasang saat tinggi tanaman mencapai 25 cm. Agar pertumbuhan tanaman teratur maka antar tonggak dipasang tali. Tali ini penting untuk sulur cabang-cabang yang tumbuh kemudian. Pemangkasan diperlukan bila tanaman terlalu subur daunnya. Daun dikurangi agar pertumbuhan generatifnya baik. Pemupukan Tanaman kacang panjang membutuhkan pupuk kandang sebanyak 10-15 ton/ha. Pupuk ini diberikan bersamaan dengan tahap pengolahan tanah. Pupuk dicampur dengan tanah dan disebarkan secara merata pada tanah lapisan atas. Sedangkan pupuk anorganik yang dibutuhkan adalah Urea sebanyak 50 kg/ha, TSP sebanyak 100 kg/ha, dan KCl sebanyak 100 kg/ha. Urea diberikan dalam dua tahap. Tahap pertama pada waktu tanam dan kedua pada waktu tanaman berumur 3 minggu. Setiap pemberian dosisnya setengah dari jumlah dosis total. Sedang jenis pupuk yang lain dapat diberikan sekaligus. Soal pupuk urea ada juga yang berpendapat bahwa pemberiannya cukup setengah dosis saja. Hal ini karena kacang panjang adalah tanaman yang dapat mengikat unsur nitrogen bebas dari udara melalui bintil akamya yang mengandung Rhizobium. Oleh karena itu, bila tanah gembur dan bindl akar yang tumbuh banyak maka Ureanya cukup setengah dosis saja.

Penyakit yang banyak menyerang antara lain bercak daun akibat serangan jamur Cercospora sp Gejalanya berupa bercak-bercak pada daun yang diikuti dengan kerusakan daun hingga rontok. Selain itu penyakit karat daun dan busuk polong sering terlihat pada tanaman kacang panjang yang diserang cendawan (Colletotrichum)

Panen Tanaman kacang panjang bisa dipanen beberapa kali. Panen untuk sayur dilakukan mulai umur. 50-60 hari. Polong yang tepat untuk sayuran segar wamanya hijau segar dan polongnya masih padat. Polong yang tak padat lagi, isinya mengeras dan kulitnya berserat, tak cocok untuk sayur. Oleh karena itu, panen perlu tepat waktu. Lain halnya untuk polong yang memang disiapkan untuk benih. Untuk keperluan tersebut, polong baru dipanen setelah benar-benar tua. Interval panen dilakukan seminggu sekali. Ini bisa berjalan sampai masa produktif terhenti atau setelah tanaman berumur sekitar 4 bulan.

BAB III

BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu

Praktikum dasar-dasar hortikultura dilaksanakan di kebun percobaan Cikabayan. Praktikum ini dilaksanakan setiap Selasa mulai tanggal 11 Maret 2009 hingga 10 Juni 2009. Praktikum ini dilakukan pada pukul 07.00 WIB hingga pukul 10.00 WIB.

3.2 Bahan dan Alat

Alat yang digunakan pada praktikum Dasar-Dasar Hortikultura adalah cangkul, kored, penggaris, ember, gelas bekas, box panen, dan timbangan. Sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah benih kangkung, benih cabe, benih bayam, benih tomat, benih caisim, benih kacang panjang, dan pupuk kocor. Selain alat- alat dan bahan yang telah disebutkan, kami juga menggunakan ajir, raffia, komoditas buah tropis, green house.

3.3 Metode Pelaksanaan

Lahan yang akan digunakan diolah terlebih dahulu dengan cara dicangkul. Pencangkulan dilakukan agar tanah lebih gembur. Menggemburkan tanah dapat juga dilakukan dengan menggunakan cangkul dan dibantu dengan garpu. Setelah tanah gembur, maka tanah dibentuk bedengan-bedengan dengan ukuran panjang 20 m dan lebar 0,8m. Untuk mengukur panjang dan lebar bedengan dapat menggunakan meteran. Kegiatan ini dilakukan oleh pegawai kebun, sehingga praktikan tinggal menggunakannya.

Setiap anggota kelompok diwajibkan memelihara tanaman dengan baik dan membuat satu buku catatan yang digunakan untuk mencatat berbagai macam keperluan, seperti: penggunaan sarana produksi, tenaga kerja, serta data percobaan dan buku catatan ini akan diperiksa secara rutin oleh asisten.

Teknik budidaya yang telah dipelajari terfokus pada tanaman sayur-sayuran antara lain kangkung, caisim, bayam, tomat, cabe, dan kacang panjang. Tanaman yang langsung bisa ditanam (direct planting) pada lahan dengan cara ditugal (kangkung dan kacang panjang), dan ditebar (bayam dan caisim) sedangkan tanaman yang memerlukan persemaian dan pemindahan sebelum dibudidayakan pada bedengan yang tersedia (indirect planting) adalah tomat dan cabe.

Setiap kelompok mendapat 3 bedengan dengan ukuran bedeng masing-masing 0,8 m x 15 m. Bedengan yang akan kami gunakan Pada bedeng pertama ditanam kangkung, bedeng kedua ditanam caisin, dan bedeng ketiga ditanam bayam.

Kangkung (Ipomoea reptans)

Penanaman kangkung dilakukan pada tanggal 10 Maret 2009. Kangkung yang ditanam adalah Chia Tai Seed Cap Kapal Terbang. Kangkung ditanam dengan jarak tanam 20 x 20 cm sebanyak 4 baris dan jumlah tanaman perbaris adalah 100 lubang. Tiap lubang berisi 4 benih kangkung dan Furadan 3G dengan perkiraan benih per bedeng 1600 benih dan kedalaman 3 cm per lubang. Cara tanam dilakukan dengan cara direct seeding. Lalu memberi pupuk dasar dengan dosis Urea 10 g/m2, SP-36 10 g/m2, KCL 10 g/m2, dan pupuk kandang 2 kg/m2. Pupuk dasar ini diberikan pada alur.

Pada satu minggu setelah tanam menentukan sepuluh tanaman contoh, penyulaman, dan menghitung daya berkecambah. Jumlah lubang yang disulam sebanyak 27 lubang, sehingga benih yang digunakan untuk menyulam sebanyak 108 benih. Daya kecambah yang diperoleh adalah sebesar 74,01 %.

Setiap minggu dilakukan penyiangan, pembersihan lahan, dan mengamati pertumbuhan vegetatif. Pertumbuhan vegetatif yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, dan jumlah cabang. Pembubunan dilakukan setiap tiga minggu sekali.

Panen dilakuan pada tanggal 7 April 2009, tepatnya empat minggu setelah tanam. Tanaman yang di tengah pemanenan dilakukan dengan cara dicabut sampai akar- akarnya, dan tanaman pinggir dipanen dengan cara dipetik dan ditinggalkan 2- 3 ruas batang kangkung. Setelah dipanen, dilakukan penghitungan bobot total kangkung, bobot akar, bobot tanaman tanpa akar, bobot tanaman contoh, tinggi dan jumlah daun tanaman contoh, dan bobot marketable.

Caisim

Penanaman caisim dilakukan pada tanggal 10 Maret 2009. Caisim yang ditanam adalah benih Sinar Bumi Cap Mendut. Caisim ditanam dengan jarak tanam dialur masing-masing 20 cm yang terdiri dari 4 baris jumlah benih perbaris adalah 2 gr/m baris, kedalamannya 3 cm. Cara tanamnya dilakukan dengan cara direct seeding, perkiraan benih/bedeng adalah 60 gr/benih/bedengdan Furadan 3G. Lalu memberi pupuk dasar dengan dosis Urea 10 g/m2, SP-36 10 g/m2, KCL 10 g/m2, dan pupuk kandang 2 kg/m2. Pupuk dasar ini diberikan pada alur.

Pada satu minggu setelah tanam menentukan sepuluh tanaman contoh, penyulaman, dan menghitung daya berkecambah. Daya kecambah caisin hanya 5%, sehingga dilakukan penanaman ulang. Setelah dilakukan penanaman ulang, daya kecambahnya juga masih 5%. Oleh karena itu, penanaman caisin dinyatakan gagal dan diganti dengan tanaman kangkung dengan cara tanam seperti diatas.

Bayam (Amaranthus spp. L. )

Penanaman bayam dilakukan pada tanggal 10 Maret 2009. Bayam yang ditanam adalah Alabama dari PT Sang Hyang Seri. Bayam ditanam dengan jarak tanam dialur masing-masing 20 cm yang terdiri dari 4 baris jumlah benih perbaris adalah 2 gr/m baris, kedalamannya 3 cm. Cara tanamnya dilakukan dengan cara direct seeding, perkiraan benih/bedeng adalah 60 gr/benih/bedeng dan diberi Furadan 3G. Lalu memberi pupuk dasar dengan dosis Urea 10 g/m2, SP-36 10 g/m2, KCL 10 g/m2, dan pupuk kandang 2 kg/m2. Pupuk dasar ini diberikan pada alur.

Pada satu minggu setelah tanam menentukan sepuluh tanaman contoh, penyulaman, dan menghitung daya berkecambah. Daya kecambah yang diperoleh adalah sebesar 75 %.

Setiap minggu dilakukan penyiangan, pembersihan lahan, dan mengamati pertumbuhan vegetatif. Pertumbuhan vegetatif yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, dan jumlah cabang. Pembubunan dilakukan setiap tiga minggu sekali.

Panen dilakuan tiga minggu setelah tanam. Pemanenan bayam dilakukan dengan cara dicabut sampai akar- akarnya. Setelah dipanen, dilakukan penghitungan bobot total bayam, bobot akar, bobot tanaman tanpa akar, bobot tanaman contoh, tinggi dan jumlah daun tanaman contoh, dan bobot marketable.

Tomat (Lycopersicon esculentum)

Penanaman bibit tomat dilakukan pada bedeng yang sebelumnya ditanami kangkung. Apa yang kami lakukan adalah salah. Seharusnya tomat ditanam pada lahan bekas caisim. Penanaman tomat dilakukan secara indirect seeding. Awalnya kami menanam benih tomat pada tray. Penanaman ini dilakukan pada tanggal 10 Maret 2009. Tray yang kami gunakan memiliki lubang sebanyak 105 lubang dengan tiap lubang 1 benih. Daya kecambah benih tomat dalam tray adalah 95,23%.

Penanaman tomat dilapang dilaksanakan pada tanggal 7 April 2009. Bibit tomat yang ditanam sebanyak 80 bibit dan ditanam diantara baris tanaman kangkung dengan jarak tanam 50 x 50 cm. Lalu memberi pupuk dasar dengan dosis Urea 5 g/m2, dan SP-36 20 g/m2. Pupuk dasar ini diberikan mengelilingi tanaman.

Pada satu minggu setelah tanam menentukan sepuluh tanaman contoh, penyulaman, dan menghitung daya tumbuh. Jumlah bibit yang harus disulam sebanyak 9 tanaman, sehingga daya tumbuh tomat sebesar 88,75%.

Memberi pupuk pada 3 dan 6 MST dengan melingkar (dosis SP36 dan Urea masing-masing 5 g/tanaman). Pengajiran dilakukan pada 4 minggu setelah tanam, pembubunan pada 3 minggu setelah tanam, dan pemberian Dekamon pada 2,4,6 MST.

Setiap minggu dilakukan pembersihan gulma, memberi pupuk kocor, pembersihan lahan, mengamati pertumbuhan vegetatif dan pertumbuhan generatif. Pertumbuhan vegetatif, meliputi pengukuran tinggi tanaman, jumlah daun, dan jumlah cabang, sedangkan mengamati pertumbuhan generatif, meliputi saat berbunga, jumlah bunga, jumlah buah rontok, jumlah tandan.

Panen dilakukan tanggal 9 Juni 2009. Panen dilakukan dengan menghitung bobot total, bobot akar, bobot tanaman tanpa akar, bobot tanaman contoh, tinggi dan jumlah daun tanaman contoh, bobot marketable, jumlah buah per katagori, dan jumlah bobot buah per katagori.

Cabai ( Capsicum annum)

Penanaman bibit cabai dilakukan pada bedeng yang sebelumnya ditanami caisim. Apa yang kami lakukan adalah salah. Seharusnya cabai ditanam pada lahan bekas kangkung. Penanaman cabai dilakukan secara indirect seeding. Penanaman ini dilakukan pada tanggal 10 Maret 2009. Tray yang kami gunakan memiliki lubang sebanyak 105 lubang dengan tiap lubang 1 benih. Daya kecambah benih cabai dalam tray adalah 51,43%.

Penanaman cabai dilapang dilaksanakan pada tanggal 7 April 2009. Bibit cabai yang ditanam sebanyak 50 bibit dan ditanam diantara baris tanaman kangkung dengan jarak tanam 50 x 50 cm. Lalu memberi pupuk dasar dengan dosis Urea 5 g/m2, dan SP-36 20 g/m2. Pupuk dasar ini diberikan mengelilingi tanaman.

Pada satu minggu setelah tanam menentukan sepuluh tanaman contoh, penyulaman, dan menghitung daya tumbuh. Jumlah bibit yang harus disulam sebanyak 11 tanaman, sehingga daya tumbuh tomat sebesar 78%.

Memberi pupuk pada 3 dan 6 MST dengan melingkar (dosis SP36 dan Urea masing-masing 5 g/tanaman). Pengajiran dilakukan pada 4 minggu setelah tanam, pembubunan pada 3 minggu setelah tanam, dan pemberian Dekamon pada 2,4,6 MST.

Setiap minggu dilakukan pembersihan gulma, memberi pupuk kocor, pembersihan lahan, mengamati pertumbuhan vegetatif dan pertumbuhan generatif. Pertumbuhan vegetatif, meliputi pengukuran tinggi tanaman, jumlah daun, dan jumlah cabang, sedangkan mengamati pertumbuhan generatif, meliputi saat berbunga, jumlah bunga, jumlah buah rontok, jumlah tandan.

Panen dilakukan tanggal 9 Juni 2009. Panen dilakukan dengan menghitung bobot total, bobot akar, bobot tanaman tanpa akar, bobot tanaman contoh, tinggi dan jumlah daun tanaman contoh, bobot marketable, jumlah buah per katagori, dan jumlah bobot buah per katagori.

Kacang panjang (Vigna sinensis)

Penanaman kacang panjang dilakukan pada tanggal 7 April 2009. Kacang panjang ditanam dengan jarak tanam 50 x 20 cm sebanyak 2 baris. Tiap lubang berisi 2 benih kangkung dan Furadan 3G. Benih yang kami gunakan sebanyak 348 benih. Cara tanam dilakukan dengan cara direct seeding. Lalu memberi pupuk dasar dengan dosis SP-36 10 g/tanaman.

Pada satu minggu setelah tanam menentukan sepuluh tanaman contoh dan menghitung daya berkecambah. Daya kecambah yang diperoleh adalah sebesar 74,01 %.

Setiap minggu dilakukan penyiangan, pembersihan lahan, pemberian pupuk kocor dan mengamati pertumbuhan generatif. Pembubunan dilakukan setiap tiga minggu sekali. Pemberian pupuk pada 3 dan 6 MST dengan melingkar (dosis SP36 dan Urea masing-masing 5 g/tanaman). Pengajiran pada 2 MST.

Panen dilakuan pada tanggal 2 Juni 2009. Setelah dipanen, dilakukan penghitungan bobot polong kacang panjang.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kangkung (Ipomea reptans)

Penanaman kangkung dilakukan pada tanggal 10 Maret 2009 secara serempak. Kangkung yang ditanam adalah Chia Tai Seed Cap Kapal Terbang dan Grand. Penanaman kangkung dilakukan dengan cara ditugal dengan jarak tanam 20 x 20 cm sebanyak 4 baris dan jumlah tanaman perbaris adalah 100 lubang. Tiap lubang berisi 4 benih kangkung dan Furadan 3G dengan perkiraan benih per bedeng 1600 benih dan kedalaman 3 cm per lubang. Cara tanam dilakukan dengan cara direct seeding. Lalu memberi pupuk dasar dengan dosis Urea 10 g/m2, SP-36 10 g/m2, KCL 10 g/m2, dan pupuk kandang 2 kg/m2. Pupuk dasar ini diberikan pada alur.

Pada kenyataannya kami, kelompok enam hanya mampu membuat 76 lubang per baris dan total benih yang ditanam adalah 1216 benih. Hal ini terjadi karena kesalahan praktikan dalam mengukur jarak tanam, sehingga jarak tanam yang kami ukur terlalu lebar.

Daya berkecambah yang paling tinggi adalah Grand, sedangkan daya berkecambah paling rendah juga Grand. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan kandungan unsur hara yang ada dalam tanah, sehingga menyebabkan daya berkecambah berbeda- beda. Berdasarkan pengamatan pertumbuhan kangkung, Grand memiliki pertumbuhan yang bagus. Terlihat dari pertumbuhannya yang paling tinggi dan jumlah cabang paling banyak. Produktivitas Grand lebih tinggi dari Chia tai. Bahkan produktivitas paling tinggi adalah Grand dan produktivitas paling rendah adalah Chia tai. Oleh karena itu kita dapat menyimpulkan bahwa kualitas Grand lebih bagus daripada Chia tai.

Berdasarkan literatur yang kami peroleh, kangkung sangat toleran dalam kondisi apapun. Sementara itu, lahan yang kami gunakan untuk menanam kangkung merupakan lahan sisa penanaman komoditas lain yang tanpa diberakan dan dipupuk terlebih dahulu. Sehingga tingkat kesuburannya rendah, dan tentu saja kurang mendukung pertumbuhan benih kankung, tetapi kangkung dapat tumbuh dengan subur.

Caisim

Pada praktikum ini, varietas caisin yang dipergunakan adalah varietas Mendut dan varietas Tosakan. Pada tabel hasil pengamatan caisin, dapat dilihat bahwa dari semua kelompok yang menanam caisin varietas tosakan (kelompok 1-6) daya berkecambahnya lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok yang menanam caisin varietas mendut (kelompok 7-13). Hal tersebut dimungkinkan terjadi karena beberapa faktor yang mempengaruhi, diantaranya :

1. Kualitas benih yang digunakan dari masing-masing varietas;

2. Kondisi pH tanah/lahan tanam yang tidak optimum (pH 6 – pH 7);

3. Unsur hara yang terkandung dalam tanah dan struktur fisik tanah yang kurang cocok;

4. Cara pemeliharaan yang kurang tepat.

Pada tabel tersebut, juga dapat dilihat bahwa daya berkecambah tertinggi didapat oleh kelompok 10 yang menanam caisin varietas tosakan dengan daya berkecambah sebesar 95,43 %. Pengamatan pada tanaman caisin ini dilakukan pada 10 tanaman terpilih yang kemudian akan digunakan sebagai tanaman contoh. Pada saat 3 MST caisin ini memiliki tinggi 14,45 cm dengan 4 buah cabang dan pada saat 4 MST memiliki tinggi 21,95 cm dengan 6 buah cabang untuk rata-rata 10 tanaman contoh tersebut. Saat panen, bobot rata-rata 10 tanaman contoh yang diukur bersama dengan bagian akar tanamannya adalah sebesar 11,7 gram dan bobot rata-rata 10 tanaman contoh yang diukur dengan membuang akar tanamannya adalah sebesar 10,84 gram.

Untuk tanaman caisin yang ditanam oleh kelompok kami (kelompok 6) hanya memiliki daya berkecambah sebesar 5% dan dapat dikatakan rendah. Hal ini dimungkinkan oleh faktor-faktor yang telah disebutkan diatas yang mempengaruhi tanaman caisin sehingga tanaman tersebut tidak tumbuh optimal.

Bayam (Amaranthus spp. L. )

Penanaman bayam tidak melalui persemaian, penanaman dilakukan dengan menaburi benih pada bidang alur yang telah dibuat. Berdasarkan hasil yang kami peroleh ternyata tujuan praktikum tidak tercapai. Hal ini disebabkan setelah 1 MST, benih yang seharusnya berkecambah ternyata mengalami stagnasi yang cukup lama bahkan mengalami kematian. Ada beberapa kemungkinan/ faktor yang mempengaruhi kematian benih di lapang, antara lain tingkat kesuburan tanah, rendahnya mutu benih, dan kondisi lingkungan tumbuh.

Berdasarkan literatur yang kami peroleh, tanaman bayam menghendaki tanah yang gembur dan subur untuk pertumbuhannya. Sementara itu, lahan yang kami gunakan untuk menanam bayam merupakan lahan sisa penanaman komoditas lain yang tanpa diberakan dan dipupuk terlebih dahulu. Sehingga tingkat kesuburannya rendah, dan tentu saja kurang mendukung pertumbuhan benih bayam.

Pada praktikum kali ini, benih bayam yang tidak berkecambah tidak hanya dialami oleh kelompok kami saja, bahkan hampir sebagian besar kelompok lain juga mengalami hal yang sama. Hal ini dimungkinkan karena rendahnya mutu benih yang kami peroleh atau lamanya penyimpanan benih sehingga sudah mengalami viabilitas benih bayam.

Faktor lingkungan tumbuh sangat mempengaruhi proses perkecambahan benih. Meskipun tanaman bayam dapat tumbuh kapan saja, baik pada waktu musim hujan ataupun musim kemarau namun tanaman ini membutuhkan air yang cukup banyak sehingga paling tepat ditanam pada awal musim hujan, yaitu sekitar bulan Oktober-November. Sementara itu, pada praktikum kali ini penanaman bayam dilakukan pada bulan Februari-Maret, sehingga ketersediaan air menjadi kurang. Hal ini mungkin dapat teratasi dengan penyiraman yang dilakukan setiap hari. Akan tetapi, mayoritas penyiraman yang dilakukan hanya bergantung pada saat hujan turun (penyiraman alami) sehingga tanaman menjadi merana dan mengalami krisis air.

Dapat dilihat di tabel bayam bahwa persentase rata-rata daya berkecambah sekitar 69.519 % sedangkan benih yang baik minimal mempunyai daya berkecambah sekitar 75 %. Jika dilihat antara varietas Alabama dan Maskot, varietas Maskot lebih memiliki daya berkecambah yang lebih baik dibandingkan dengan varietas Alabama. Tinggi tanaman pada tanaman bayam Alabama mengalami penurunan mungkin dikarenakan adanya kesalahan dalam pengukuran. Dan jika dibandingkan bobot total panen antara varietas Alabama dan Maskot lebih besar Maskot karena pada varietas Maskot masih memiliki viabilitas benih yang tinggi.

Tomat (Lycopersicon esculentum)

Tomat merupakan buah buni berdaging yang memiliki banyak manfaat. Tomat biasanya dimanfaatkan dalam keadaan segar atau telah dimasak. Tomat memiliki botani sebagai berikut.
Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Lycopersicon (Lycopersicum)
Species : Lycopersicon esculentum Mill.

Pada praktikum ini tomat yang dibudidayakan adalah tomat sayur. Tomat ini dibudidayakan dahulu di main nursery. Populasi rata-rata dari persemaian adalah 65,9. Rata-rata populasi ini tidak diketahui berapa maksimal populasi tanaman tomat dalam satu tray. Populasi tertinggi ada pada kisaran 93 tanaman. Data rata-rata populasi tersebut tidak lengkap, karena beberapa kelompok tidak mengumpulkan data.

Bibit yang ditanam di persemaian, pada waktunya akan dipindahkan ke lapang. Untuk memindahkan ke lapang diperlukan teknik khusus agar tanaman tidak mengalami pelukaan. Persentase bibit yang dapat tumbuh di lapang atau bibit siap salur disebut dengan persentase daya tumbuh. Rata-rata persentase daya tumbuh adalah 90,5%. Daya tumbuh rata-rata ini besar, karena daya tumbuh bibit yang telah disebar di lapang harus sebesar 90 % .

Pertumbuhan vegetative dari tanaman tomat dapat diidentifikasi melalui tinggi tanaman dan jumlah daunnya. Pengamatan vegetative tersebut diamati dari 1MST hingga 6MST. Dalam rentang umur 1 hingga 4 MST merupakan fase awal dari pertumbuhan tanaman tomat. Fase yang lebih berkembang dari awal hidup tanaman tomat adalah fase vegetative.

Pada pengamatan tomat didapatkan hasil bahwa tinggi tanaman tomat bertambah dengan meningkatnya umur tanaman tomat. Pada percobaan semua kelompok rata-rata tanaman tomatnya bertambah tinggi 8 cm setiap minggu. Pengamatan jumlah daun pada minggu keenam setalah tanam mengalami pengurangn. Pengurangan jumlah daun ini disebabkan oleh kering atau matinya daun primer yang berada di bagian pangkal batang, sehingga tidak dihitung. Berdasarkan pengamatan data, pertumbuhan vegetative tomat di lapangan tergolong normal, walaupun terdapat hampir sebagian besar tomat terkena penyakit busuk layu.

Tanaman tingkat tinggi memerlukan fase generative untuk melanjutkan hidupnya. Selain itu, manfaat dari adanya fase genratif adalah sumber energy yang dapat dimanfaatkan dalam bentuk makanan. Pada tanaman tomat, identifikasi fase perkembangan generative dilihat dari jumlah bunga dan jumlah buah. Perkembangan bunga merupakan fase awal dari perkembangan genertif tanaman. Awal pembungaan dimulai dari inisiasi pembungaan. Pada tanaman tomat perimbangan fase generative dan vegetative sama.

Pada umur 5 dan 6 MST tanaman tomat dapat diamati perkembangan generatifnya melalui jumlah bunga dan jumlah buah. Berdasarkan data, terjadi peningkatan jumlah bunga dan jumlah buah. Jumlah bunga lebih banyak karena tidak semua bunga menjadi buah. Dalam pengamatan generatif tanaman tomat ini, terdapat beberapa buah yang hilang. Hal ini disebabkan karena buah tomat terkena penyakit busuk layu sehingga tidak dapat dihitung. Jumlah bunga dan buah tanaman tomat cukup sedikit apabila dibandingkan dengan tanaman tomat yang di tanam di daerah lain. Penampakan tanaman tomat kurus dan tidak segar. Hal ini dapat mengganggu perkembangan generatif tanaman, karena suplai makanan tidak mencukupi untuk perkembangan generatif tanaman.

Bobot rata-rata sepuluh tanaman adalah 47.25. Tanaman Contoh pada beberapa ladang budidaya terkena penyakit layu dan terserang pendemi serangga. Berbagai serangan OPT tersebut mempengaruhi bobot rata-rata sepuluh tanaman contoh. Sebagian besar tanaman contoh pada beberapa kelompok mati. Berat bobot total panen adalah 298,68. Hasil panen yang diperoleh kecil, terserang hama penyakit. Oleh karena itu, hasil panen sedikit.

Tanaman tomat yang berada di lapang telah terkena busuk layu tanaman. Gejala yang menyerang adalah tanaman tomat layu dimulai dari batang utama yang berada di bawah dan menyebar hingga ke pangkal tanaman. Ciri-ciri tanaman menjadi busuk, layu berwarna hitam kecoklatan. Penyakit ini menginfeksi sebagian besar tanaman, sehingga hasil yang di[eroleh sedikit. Busuk layu ini menjalar dari satu tanaman ke tanaman lain sehingga menjadi pendemik di lahan percobaan Cikabayan untuk tanaman tomat. Penyakit ini diduga merupakan penyakit tular tanah. Hal ini mungkin juga disebabkan oleh cuaca yang tidak mendukung seperti intensitas hujan yang tinggi. Intensitas hujan yang tinggi mengakibatkan penyebaran penyakit seperti inokulum cendawan yang tinggi. Tomat yang ditanam pada musim hujan lebih subuur tetapi kendalanya banyak. tanaman tomat tidak tahan terhadap genangan air dan mudah terserang penyakit layu buah dan daun.

Tanaman tomat di kebun percobaan juga terserang oleh hama seperti ulat buah tomat (Heliothis armigera) dan ulat penggerek batang tomat.gejala yang ditimbulkan adalah buah tomat menjadi berlubang karena ulat memekan buah yang belum matang. Ulat ini berwarna hijau kekuningan. Penyakit dan hama tersebut menyebabkan has il menurun sehingga hasil panen tidak optimal. Selain itu, panen buah yang didapatkan kecil-kecil dan sebagian buah belum matang. Tanaman tomat tersebut belum layak panen. Pemanenen dilakukan lebih cepat karena tanaman 80% terserang hama dan penyakit, sehingga tidak mungkin untuk dipertahankan. Tanaman tomat keseluruhan dicabut agar tanaman lain tidak terinfeksi.

Cabai ( Capsicum annum)

Persemaian dilakukan pada 26 Februari sampai 2 Maret 2009. Persemaian cabai rawit dilakukan karena ukuran benih cabai rawit cukup kecil. Persemaian biasanya dilakukan pada komoditas yang masa perekambahannya sangat dipengaruhi lingkungan. Ukuran benih cabai yang kecil akan menyulitkan dalam perkecambahan. Bila dikecambahkan secara langsung di lapangan, Kemungkinan benih akan terbawa air ketika hujan, dimakan serangga tanah, atau mendapat cekaman lingkungan yang akan mengganggu perkecambahannya.

Penanaman cabai dilapang dilaksanakan pada tanggal 14-15 April 2009. Bibit cabe yang ditanam sebanyak 50 bibit dan ditanam dengan cara ditugal. Cabai ditanam diantara baris tanaman kangkung dengan jarak tanam 50 x 50 cm. Sistem penanaman ini dilakukan agar pemakaian lahan efektif. Sambil menunggu tanaman kangkung siap panen atau selesai dipanen, lahan yang sudah kosong ditanam cabai rawit. Sistem ini dapat diterapkan kerena tanaman kangkung yang ditanam sebelum cabai tidak mengurangi intensitas cahaya yang dibutuhkan cabai untuk pertumbuhannya.

Setelah ditanam dilakukan pemupukan. Pupuk yang diberikan adalah pupuk dasar dengan dosis Urea 5 g/m2, dan SP-36 20 g/m2. Pupuk dasar ini diberikan mengelilingi tanaman. Pemupukan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan unsur hara tanaman terutama N dan P pada awal penanaman. Pada 3 MST dan 6 MST dilakukan pemupukan susulan Urea dan KCL dengan dosis masing-masing 5 g/tanaman. Urea dan KCL diberikan secara bertahap karena unsur tersebut bersifat sangat mobil dan mudah hilang dari tanah

Pada komoditi cabai juga dilakukan pemupukan dengan cara dikocor. Pupuk kocor sebenarnya sama dengan pupuk biasa, pada pemupukan dengan cara dikocor, pupuk dicampur dengan air, 1 g/tanaman dicampur dengan 250 ml air. Pengocoran dilakukan setiap minggu sampai cabai siap panen. Pemeliharaan yang dilakukan cukup sederhana. Setiap minggu dilakukan penyiangan gulma. Populasi akhir yang tetap hidup hanya 38 dari populasi awal sebesar 50 tanaman. Panen tidak dilakukan karena kondisi yang tidak memungkinkan. Jumlah buah yang siap panen pun sangat sedikit.

Dari 13 kelompok yang melakukan praktikum, daya berkecambah cabai rawit yang paling rendah adalah 54,8 % dan yang paling tinggi sebesar 94%. Rata-rata daya berkecambah cabai rawit yaitu sebesar 78,99%. Pada pengukuran tinggi tanaman, terjadi pertambahan tinggi yang cukup besar pada 3-5 MST. Namun terdapat 2 data tinggi yang jauh menurun yaitu pada 5 dan 6 MST. Pada data tinggi ke-6 dan 12 terjadi penurunan tinggi. Hal ini bukan berarti terjadi menunjukkan terjadi penurunan tinggi batang. Kesalahan ini mungkin terjadi karena kesalahan dalam pengukuran atau kesalahan dalam melihat tanaman contoh.

Pertambahan jumlah daun berlangsung dengtan baik. Ini menunjukkan pertuimbuhan vegetatif yang baik. Pertambahan jumlah daun yang cukup besar terjadi pada 5-6 MST. Rata-rata jumlah bunga tanaman contoh sebanyak 3 bunga. Namun rata-rata jumlah bunga yang menjadi buah hanya sebanyak 2 buah.

Jumlah ini terlalu sedikit untuk dalam sistem budidaya. Bahkan untuk konsumsi sehari-hari pun tidak mencukupi. Pertumbuhan generatif yang tidak baik ini mungkin disebabkan oleh keadaan tanah yang tidak mendukung pertumbuhannya. Keadaan tanah pada lahan penanaman cabai mungkin memang kurang baik. Walaupun sudah dilakukan pepupukan dan pemeliharaan, namun hasilnya sangat rendah.

Kacang Panjang (Vigna sinensis)

Sebelum ditanami, lahan dilakukan pembajakan dan digaru, untuk memperoleh struktur tanah yang gembur dan remah. Bibit ditanam di atas bedengan yang berukuran 0,8m x 2m. Ada beberapa jenis varietas kacang panjang yang dipakai dalam praktikun ini yaitu yard, loong, green, been, brenero. Kebutuhan benih kacang panjang 21 - 23 kg/ha. Sebelum penanaman dilakukan terlebih dahulu dibuatkan lubang tanam dengan cara ditugal dengan jarak dalam barisan 25 cm dan antar barisan 1 m. Perlubang tanam diisi 2 biji, hal ini dimaksudkan dalam satu lanjaran maksimal 4 tanaman. Setelah itu biji ditanam, ditutup dengan tanah/pupuk kandang yang sudah lembut/remah atau bisa juga dengan abu.

Sebelum dilakukan pemupukan terlebih dahulu dilakukan penyiangan atau dilakukan sewaktu-waktu saat gulma sudah mengganggu pertumbuhan tanaman.Pemupukan pertama ( I ) dilakukan umur ± 12 hari dengan dosis ZA = 50 kg/ha, SP-36 = 100 kg/ha, KCL = 50 kg/ha. Pemupukan dilakukan dengan cara ditugal, jaraknya 5 cm dari lubang tanam. Kemudian ditutup dengan tanah. Pemupukan kedua ( II ) dilakukan umur ± 28 hari dengan pupuk NPK = 200 kg/ha dengan jarak 10 cm dari lubang tanam. Pemupukan ketiga ( III ) dilakukan umur ± 40 hari juga dengan pupuk NPK = 200 kg/ha dengan jarak 10 cm dari lubang tanam.

Pemupukan juga dilakukan dengan pupuk kocor. Pemasangan ajir dilakukan 10-15 hari setelah tanam ( hst ), kira-kira tinggi tanaman 15-25 cm. Pemasangan ajir diantara 2 lubang tanam sehingga jarak antar lanjaran 50 cm. Setiap 5 lanjaran perlu ditambah lanjaran/diperkuat, dengan cara dipasang silang. Pemasangan ajir ini membantu merambatkan bertujuan untuk mengarahkan pertumbuhan tanaman baik pucuk tanamn maupun cabang-cabang tanaman. Diharapkan tanaman merambat pada lanjaran dan tali yang telah dipasang, sehingga buah/polong tidak tergeletak di tanah.

Pemeliharaan dilakukan setiap satu minggu sekali. Pemeliharan antara lain mencakup membersihakan bedengan dari gulmu yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman serta dilakukan pemupukan. Hal ini juga dapat berguna untuk mencegah tanaman terserang hama dan penyakit. Berikut beberapa contoh hama dan penyakit yang menyerang tanaman kacang panjang serta dampaknya pada tanaman tersebut:

1. Thrips

Thrips menyerang bagian pucuk tanaman sehingga tanaman menjadi keriting dan kering, sering juga menyerang tunas atau pucuk, sejak tanaman masih kecil hingga besar. Ciri tanaman dewasa dapat berakibat kerontokan pada bunga dan serangan terjadi pada musim kemarau. Pengendalian thrips dengan menggunakan pestisida Winder, Promectin, Agrimec, Confidor dll dengan dosis sesuai anjuran.
2. Tungau (Mites)

Tanaman yang terserang tungau akan tampak dari daun-daun yang menggulung ke bawah, dan warnanya hijau kehitaman. Dalam kondisi parah, tanaman dapat mengalami kerontokan daun. Pengendalian dengan menggunakan Samite, Omite, Mitac dengan dosis sesuai anjuran.

3. Aphids sp

Serangan Aphids sp. hampir sama dengan serangan thrips, hanya, bedanya jika pada serangan Aphids, daun menjadi hitam karena tumbuh jamur jelaga yang tumbuh pada kotoran Aphids. Apids dapat dikendalikan dengan Winder, Supracide dll, dengan dosis sesuai anjuran.

4. Ulat Polong.

Hama ulat bunga menyebabkan kerontokan pada bunga. sedangkan ulat polong menyebabkan kerusakan pada bagian polong. Kerusakan ini menimbulkan pembusukan bagian tersebut akibat aktifitas mikoorganisme yang berasal dari kotoran ulat tersebut. Hama-hama ini dapat dikendalikan dengan menggunakan Winder dengan dosis sesuai dengan rekomendasi.

5.Penyakit layu

Penyakit ini bias disebabkan oleh jamur Pytium maupun oleh bakteri Pseudomonas sp. Penyakit ini dapat dicegah dengan kocor dengan Kocide 77, maupun dengan semprot. Sedangkan pengendalian bakteri dengan kocor Bactomycin atau Agrimycin dengan dosis sesuai anjuran.

Dari data tercatat bahwa rata rata daya kecambah kacang panjang ini cukup baik diatas 75%, hanya keompok 3 yang rata ratanya 73% serta yang paling tinggi adalah kelompok 6 dan 8 yaitu 93,6%. Setiap masing masing kelompok memilih 10 tanaman contoh dan dilakukan pengamatan pada 7, 8 dan 9 MST, dari hasil diperoleh data bobot yang tertinggi pada 7 MST adalah kelompok 12 sebanyak 29,96. Pada 8 MST dan 9 MST yang tertinggi adalah kelompok 6 sebanyak 75,84 dan 75,84. Secara keseluruhan hasil yang diperoleh yang paling tinggi adalah kelompok 8 yang juga merupakan daya berkecambahnya paling tinggi. Tercatat bahwa kelompok 8 menghasilkan bobot 10,45 kg. dari data dapat kita simpulkan bahwa varietas dan sifat tanah sangat mempengaruhi hasil dari penanaman kacang panjang disamping pemberian unsur unsur lain yang dapat membantu pertumbuhan.

Panen dilakukan setelah polong berwarna coklat dan umur tanaman sekitar 60-70 hari. Panen dilakukan dengan memetik polong yang sudah tua dan biji sudah mulai megeras. Kemudian dijemur diatas terpal atau dibuatkan para-para ditempat yang panas. Setelah kering dipipil dengan alat perontok, biji juga dengan cara manual yaitu dupukul/digebug. Biji hasil pipilan dikeringkan lagi dan disortir, untuk memisahkan biji yang baik dengan biji yang jelek (berlubang, kepeng, kecil).


KESIMPILAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat dari praktikum budidaya tanaman hortikultura (sayuran) ini adalah budidaya tanaman hortikultura melalui tahap pre nursery, main nursery, dan lapangan. Walaupun tidak semua komoditas melalui tahapan-tahapan tersebut. Tanaman yang melalui tahapan budidaya secara lengkap adalah tomat dan cabai. Selain itu, pemeliharaan tanaman hortikultura membutuhkan perawatan yang intensif. Hampir sebagian besar panen tanaman praktikum sedikit dan mempunyai kualitas yang menengah ke bawah. Hal ini diakibatkan oleh serangan hama penyakit dan tanah yang tidak subur, komoditas yang tidak cocok terhadap cuaca di lahan, serta perawatan yang kurang intensif

Saran

Lahan percobaan sebaiknya perlu dilakukan system bera untuk mendapatkan lahan yang optimum. Perawatan tanaman budidaya seharusnya dilakukan dengan intensif, tidak hanya mengandalkan factor alam saja. Persiapan bibit dan alat-alat pertanian seharusnya disiapkan dan harus ada dalam jumlah yang cukup. Selain itu, diperlukan pelatihan pengendlian hama dan penyakit yang terpadu